Page 494 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 494

http://pustaka-indo.blogspot.com
             bangkit. Pada akhir abad keenam belas, “Calvinisme” telah
             ditetapkan sebagai sebuah agama internasional yang, dengan
             baik  buruknya,  mampu  mengubah  masyarakat  dan
             mengilhami  masyarakat  untuk  percaya  bahwa  mereka  bisa
             meraih  apa  pun  yang  mereka  inginkan.  Ide-ide  Calvinis
             mengilhami  revolusi  Puritan  di  Inggris  di  bawah  Oliver
             Cromwell  pada  1645  dan  kolonialisasi  Inggris  Baru  pada
             1620-an. Pengaruh ide-ide Luther terbatas di Jerman setelah
             kematiannya,  tetapi  pandangan  Calvin  tampak  lebih
             progresif.  Murid-muridnya  mengembangkan  ajarannya  dan
             mempengaruhi gelombang kedua Reformasi. Seperti dicatat
             oleh ahli sejarah Hugh Trevor Roper, Calvinisme lebih mudah
             ditinggalkan oleh para pengikutnya daripada Katolik Romawi
             —dari  sinilah  asal  adagium  “sekali  Katolik  tetap  Katolik”.
             Namun,  Calvinisme  membuat  kesan  khasnya  sendiri:  begitu
                                                              30
             dibuang, ia dapat diungkapkan dalam caracara sekular.   Ini
             khususnya  berlaku  di  Amerika  Serikat.  Banyak  orang
             Amerika  yang  tak  lagi  beriman  kepada  Tuhan  beralih
             menganut  etos  kerja  Puritan  dan  ajaran  Calvinistik  tentang
             keterpilihan,  memandang  diri  mereka  sebagai  “bangsa
             terpilih”  yang  bendera  dan  idealidealnya  memiliki  tujuan
             semiilahiah. Telah kita saksikan bahwa semua agama besar
             dalam pengertian tertentu merupakan produk peradaban dan,
             lebih khusus lagi, produk kehidupan perkotaan. Agamaagama
             itu berkembang pada masa ketika kelas para pedagang kaya
             meraih kedudukan yang lebih tinggi daripada para penguasa
             pagan kuno dan ingin memegang kendali atas nasib mereka
             sendiri. Kristen versi Calvin menjadi menarik terutama bagi
             kalangan borjuis di kota-kota eropa yang baru berkembang,
             yang  para  penghuninya  ingin  menepiskan  belenggu  hierarki
             yang represif.

             Seperti  halnya  teolog  Swiss  terdahulu,  Huldrych  Zwingli
             (1484-1531),  Calvin  tidak  begitu  tertarik  pada  dogma:



                            ~487~ (pustaka-indo)
   489   490   491   492   493   494   495   496   497   498   499