Page 496 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 496
http://pustaka-indo.blogspot.com
seorang guru yang “menunjukkan dan mengajarkan jalan
keselamatan”. Doktrin Trinitas itu sendiri, menurut Socinus,
hanya merupakan “penyimpangan”, sebuah fiksi imajiner
yang “tak dapat diterima akal” dan sebenarnya mendorong
orang beriman untuk percaya pada tiga tuhan yang
33
terpisah. Setelah peristiwa eksekusi Servetus, Blandrata
dan Socinus melarikan diri ke Polandia dan Transylvania
sambil membawa agama “Unitarian” mereka.
Zwingli dan Calvin lebih bersandar pada gagasan-gagasan
konvensional tentang Tuhan dan, seperti halnya Luther,
menekankan kedaulatan mutlak Tuhan. Ini bukan sekadar
pengakuan intelektual, melainkan merupakan hasil
pengalaman pribadi yang mendalam. Pada Agustus 1519, tak
lama setelah memulai kependetaannya di Zurich, Zwingli
terkena wabah penyakit yang akhirnya membinasakan dua
puluh lima persen penduduk kota itu. Dia merasa sangat
tidak berdaya, menyadari bahwa sama sekali tak ada lagi
yang bisa dia kerjakan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Tak terpikir olehnya untuk berdoa meminta pertolongan
kepada orang-orang suci atau memohon gereja untuk
memperantarai dirinya. Dia memasrahkan harapannya
kepada ampunan Tuhan. Dia menulis doa singkat ini:
Lakukanlah apa yang engkau inginkan,
Karena aku tidak kehilangan apa-apa.
Aku adalah wahanamu
34
untuk dipulihkan atau dibinasakan.
Kepasrahannya mirip dengan cita-cita islâm: seperti halnya
orang Yahudi dan Muslim pada tahap perkembangan yang
sebanding, orang Kristen Barat tidak lagi bersedia menerima
perantara. Mereka kini mengembangkan rasa tanggung
jawab di hadapan Tuhan. Calvin juga mendasari agamanya
yang telah direformasi pada kekuasaan mutlak Tuhan.
~489~ (pustaka-indo)