Page 491 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 491
http://pustaka-indo.blogspot.com
kuat di dalam pengalaman Kristen sehingga sulit bagi Luther
maupun Calvin untuk mengutakatiknya. Akan tetapi, Luther
menolak formulasi rumit para teolog palsu. “Apa masalahnya
buat saya?” tanyanya, ketika dia berhadapan dengan doktrin-
doktrin Kristologis yang kompleks, yang perlu diketahuinya
hanyalah apakah Kristus betul-betul merupakan Penyelamat
bagi dirinya. 25
Luther bahkan meragukan kemungkinan untuk membuktikan
keberadaan Tuhan. Satu-satunya “Tuhan” yang mungkin
dideduksikan melalui argumen-argumen logis, seperti yang
digunakan Thomas Aquinas, adalah Tuhan para filosof
pagan. Ketika Luther mengklaim bahwa kita dijustifikasi oleh
“iman”, dia sama sekali tidak memaksudkan pengadopsian
gagasan yang benar tentang Tuhan. “Iman tidak
membutuhkan informasi, pengetahuan, dan kepastian,”
demikian dikemukakannya dalam salah satu khotbahnya,
“tetapi ketundukan dan pertaruhan sukarela atas
kebaikannya yang belum pernah dirasakan, diuji, dan
26
diketahui.” Luther telah mendahului solusi Pascal dan
Kierkegaard atas persoalan keimanan. Iman bukan berarti
penegasan atas proposisi sebuah kredo dan juga bukan
merupakan “kepercayaan” dalam pandangan ortodoks.
Sebaliknya, iman adalah lompatan di dalam kegelapan
menuju realitas yang harus diyakini. Iman adalah “sejenis
pengetahuan dan kegelapan yang tak bisa melihat apa-
27
apa”. Tuhan, menurut Luther, secara tegas melarang
diskusi spekulatif tentang hakikatnya. Upaya untuk mencapai
Tuhan dengan menggunakan akal saja bisa berbahaya dan
menimbulkan keputusasaan, sebab yang akan kita temukan
adalah kekuasaan, kebijaksanaan, dan keadilan Tuhan yang
hanya akan mengintimidasi si pendosa. Daripada melibatkan
diri dalam diskusi rasionalistik tentang Tuhan, seorang
~484~ (pustaka-indo)