Page 492 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 492
http://pustaka-indo.blogspot.com
Kristen lebih baik meraup kebenaran-kebenaran yang
diwahyukan dalam kitab suci dan menjadikan kebenaran itu
bicara bagi dirinya sendiri. Luther memperlihatkan
bagaimana cara melakukan hal ini di dalam kredo yang
disusunnya dalam bukunya Small Catechism:
Aku beriman kepada Yesus Kristus, anak Tuhan
Bapa sejak semula dan juga manusia yang
dilahirkan dari Perawan Maria, adalah
Tuhanku; yang telah menebus aku, makhluk yang
sesat dan terkutuk, dan membebaskan aku dari
semua dosa, dari kematian, dan dari kekuatan
setan, bukan dengan emas dan perak tetapi
dengan darahnya yang suci dan berharga dan
dengan penderitaan maupun kematiannya yang
tulus, agar aku menjadi miliknya, hidup di
bawah bimbingannya dan di dalam Kerajaannya
serta mengabdi kepadanya dalam kebenaran dan
berkat abadi, bahkan ketika dia dibangkitkan
dari kematian dan berkuasa hingga segenap
28
keabadian.
Luther dididik dalam teologi skolastik, namun kembali ke
bentuk keimanan yang sederhana dan memberontak
terhadap teologi abad keempat belas yang kering dan tidak
bisa melakukan apa-apa untuk menenangkan ketakutannya.
Namun, Luther sendiri agak tak jelas ketika, misalnya,
berusaha menjelaskan setepatnya bagaimana kita bisa
dijustifikasi. Agustinus, pahlawan bagi Luther, telah
mengajarkan bahwa kebajikan yang dilimpahkan kepada
seorang pendosa bukanlah berasal dari dirinya sendiri tetapi
dari Tuhan. Luther sedikit membelokkan ini. Agustinus
menyatakan bahwa kebajikan ilahi ini menjadi bagian dari diri
kita; Luther berkeyakinan bahwa kebajikan itu tetap berada
di luar diri si pendosa, tetapi Tuhan menganggapnya seolah-
olah merupakan bagian dari diri kita. Secara ironis,
Reformasi justru membawa pada kekacauan doktrinal yang
~485~ (pustaka-indo)