Page 527 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 527
http://pustaka-indo.blogspot.com
diajukan René juga bergantung pada bentuk subjektivitas
yang lain. Dia sangat menolak skeptisisme esais Prancis,
Michel Montaigne (1533-92), yang menolak adanya
kepastian atau bahkan kemungkinan apa pun. Descartes,
seorang matematikawan dan penganut Katolik yang taat,
merasa bahwa dia mengemban misi menghadirkan
rasionalisme empiris baru untuk melawan skeptisisme seperti
itu. Sebagaimana halnya Lessius, Descartes menduga hanya
akal yang mampu membujuk manusia untuk menerima
kebenaran agama dan moralitas, yang dipandangnya sebagai
tiang penyangga peradaban. Iman bukan sesuatu yang tidak
dapat dibuktikan secara rasional: St. Paulus sendiri telah
menegaskan demikian di dalam bagian pertama suratnya
kepada orang-orang Roma: “Karena apa yang dapat mereka
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah
menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak
tampak dari-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan
keilahian-Nya, dapat tampak kepada pikiran dari karya-Nya
sejak dunia diciptakan sehingga mereka tidak dapat
7
berdalih.” Descartes selanjutnya menyatakan bahwa Tuhan
bisa diketahui dengan cara yang lebih mudah dan pasti
(facilius et certius) daripada semua hal lain yang
bereksistensi. Ini sama revolusionernya dengan gagasan
taruhan Pascal, terutama karena bukti-bukti Descartes
menolak saksi dari luar yang telah diajukan Paulus untuk
membantu introspeksi reflektif akal atas dirinya sendiri.
Dengan mempergunakan metode empiris matematika
universalnya, yang secara logis telah berkembang ke arah
prinsip-prinsip pertama atau sederhana, Descartes berupaya
menegakkan bukti analitik yang setara tentang eksistensi
Tuhan. Namun berbeda dengan Aristoteles, St. Paulus, dan
semua filosof monoteistik terdahulu, dia menemukan bahwa
alam secara keseluruhan tidaklah bertuhan. Tak ada
~520~ (pustaka-indo)