Page 540 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 540
http://pustaka-indo.blogspot.com
Kajian-kajian objektif ini bersandar pada pemahaman harfiah
atas kitab suci dan mengabaikan watak simbolis dan
metaforis agama. Orang mungkin saja menolak bentuk
kritisisme semacam ini dan menyatakannya tidak relevan.
Akan tetapi, begitu semangat ilmiah ini menjadi lazim bagi
banyak orang, mereka sulit untuk menghindar dari
pembacaan Injil dengan cara seperti itu. Kristen Barat kini
berkomitmen terhadap pemahaman harfiah atas keimanan
mereka dan menarik diri dari mitos: sebuah kisah hanya
mungkin benar secara faktual atau tak lebih dari suatu
kebohongan. Pertanyaan tentang asal usul agama lebih
penting bagi orang Kristen daripada, misalnya, bagi orang
Buddha karena tradisi monoteistik Kristen selalu
menyebutkan bahwa Tuhan mewahyukan diri melalui
peristiwa-peristiwa sejarah. Oleh karena itu, jika Kristen
ingin mempertahankan integritasnya di zaman ilmiah,
persoalan-persoalan seperti ini harus dijawab. Sebagian
orang Kristen yang berpegang pada keyakinan yang lebih
konvensional daripada Tindal atau Reimarus mulai
mempertanyakan pemahaman tradisional Barat tentang
Tuhan. Di dalam risalahnya, Wittenburg’s Innocence of a
Double Murder (1681), John Friedmann Mayer, seorang
Lutheran, menulis bahwa doktrin tradisional tentang
penebusan dosa, sebagaimana digariskan oleh Anselm, yang
melukiskan Tuhan menghendaki kematian Putranya sendiri,
menampilkan konsepsi ketuhanan yang tidak layak. Dia
adalah “Tuhan yang pemurah, Tuhan yang pemarah” dan
“Tuhan yang menakutkan”, yang tuntutannya akan
pembalasan yang keras sangat menghantui banyak orang
Kristen dan mengajarkan mereka untuk berlepas diri dari
19
“keberdosaan” mereka sendiri. Semakin banyak orang
Kristen yang malu akan saratnya kekejaman di dalam
sejarah Kristen, yang telah melakukan Perang Salib, inkuisisi
dan penyiksaan yang mengerikan atas nama Tuhan yang adil
~533~ (pustaka-indo)