Page 545 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 545
http://pustaka-indo.blogspot.com
tidak menegakkan ajarannya melalui pemaksaan,
dan tidak menggenangi bumi dengan darah demi
sofisme yang tidak terjangkau akal? … yang
hanya mengajarkan pengabdian kepada satu
ilah, kepada keadilan, toleransi dan
21
kemanusiaan?
Gereja-gereja hanya perlu menyalahkan diri sendiri atas
penyimpangan ini, karena selama berabad-abad mereka telah
membanjiri kaum beriman dengan berlimpah doktrin. Reaksi
ini tidak bisa dihindarkan dan bahkan mungkin bersifat positif.
Akan tetapi, para filosof Pencerahan tidak menolak gagasan
tentang Tuhan. Yang mereka tolak adalah konsepsi Tuhan
kaum ortodoks yang kejam, yang mengancam manusia
dengan api neraka. Yang mereka tolak adalah doktrin-doktrin
misterius tentang Tuhan yang tidak dapat diterima akal.
Namun, keyakinan mereka terhadap suatu Wujud Tertinggi
tetap terjaga. Voltaire membangun sebuah kapel di Ferney
dengan prasasti bertuliskan “Deo Erexit Voltaire”. Dia
bahkan mengatakan bahwa seandainya Tuhan tidak ada,
maka wajiblah untuk menciptakannya. Dalam Philosophical
Dictionary, dia berpendapat bahwa iman kepada satu tuhan
adalah lebih rasional dan alamiah bagi manusia daripada
kepercayaan terhadap banyak tuhan. Pada mulanya manusia
hidup dalam dusun dan komunitas kecil yang terisolasi,
mengakui bahwa ada satu tuhan yang mengatur nasib
mereka: politeisme merupakan perkembangan yang datang
kemudian. Sains maupun filsafat rasional memberi petunjuk
tentang eksistensi Wujud Tertinggi itu: “Kesimpulan apa yang
bisa kita tarik dari semua ini?” Voltaire mengajukan
pertanyaan di akhir tulisannya tentang “Ateisme” di dalam
Dictionary. Dia menjawab:
Ateisme itu merupakan musuh besar bagi mereka
yang berkuasa; dan juga bagi orang-orang
~538~ (pustaka-indo)