Page 550 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 550

http://pustaka-indo.blogspot.com
             menaruh perhatian kepada upaya penyusunan sebuah filsafat
             spesifik  Yahudi.  Dia  tertarik  pada  psikologi,  estetika,  serta
             agama.  Karya-karya  awalnya,  Phaedon  dan  Morning
             Hours, ditulis dalam konteks Pencerahan Jerman yang lebih
             luas: karya-karya itu berusaha meneguhkan eksistensi Tuhan
             dengan  dalil-dalil  rasional  dan  tidak  mempertimbangkan
             persoalan itu dari sudut perspektif Yahudi. Di negara-negara,
             seperti  Prancis  dan  Jerman,  ide-ide  liberal  Pencerahan
             membawa  semangat  emansipasi  dan  memungkinkan  orang
             Yahudi  untuk  masuk  ke  dalam  masyarakat.  Tidaklah  sulit
             bagi para maskilim ini, demikian sebutan untuk Yahudi yang
             tercerahkan,  untuk  menerima  filsafat  agama  Pencerahan
             Jerman. Yudaisme tak pernah memiliki obsesi doktrinal yang
             sama dengan Kristen Barat. Ajaran dasarnya pada dasarnya
             identik  dengan  agama  rasional  Pencerahan,  yang  masih
             menerima ajaran tentang mukjizat dan campur tangan Tuhan
             dalam  urusan-urusan  manusia.  Dalam  Morning  Hours,
             Tuhan  filosofis  Mendelssohn  sangat  mirip  dengan  Tuhan
             Alkitab: bersifat personal, bukan sebuah abstraksi metafisik.
             Semua  watak  manusia,  seperti  kebijaksanaan,  kebaikan,
             keadilan,  cinta-kebaikan,  dan  berakal,  dalam  pengertian
             tertingginya dapat diterapkan pada sang Wujud Tertinggi.
             Namun, hal ini membuat Tuhan Mendelssohn menjadi sangat
             mirip dengan kita sendiri bersama citra khas era Pencerahan:
             dingin,  tidak  menunjukkan  kasih  sayang,  cenderung
             mengabaikan   paradoks   dan   ambiguitas   pengalaman
             keagamaan.  Mendelssohn  memandang  kehidupan  tanpa
             Tuhan sebagai tidak bermakna, namun pandangan ini bukan
             merupakan  keyakinan  yang  penuh  gairah:  dia  cukup  puas
             dengan  pengetahuan  tentang  Tuhan  yang  dicapai  oleh akal.
             Kebaikan  Tuhan  adalah  tiang  yang  menyangga  teologinya.
             Jika  manusia  harus  bersandar  pada  wahyu  saja,  demikian
             Mendessohn berpendapat, ini bertentangan dengan kebaikan




                            ~543~ (pustaka-indo)
   545   546   547   548   549   550   551   552   553   554   555