Page 552 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 552
http://pustaka-indo.blogspot.com
membantu kaum Yahudi menumbuhkan pengertian yang
benar tentang Tuhan dan menghindari keberhalaan. Dia
mengakhiri dengan permohonan toleransi. Agama rasional
yang universal, katanya, akan menghormati cara-cara orang
lain mendekati Tuhan, termasuk Yudaisme, yang telah
ditindas oleh gereja-gereja Eropa selama berabad-abad.
Pengaruh Mendelssohn terhadap Yahudi tidak sekuat
pengaruh filsafat Immanuel Kant yang karyanya Critique of
Pure Reason (1781) diterbitkan pada dekade terakhir masa
hidup Mendelssohn. Kant mendefinisikan Pencerahan
sebagai “pembebasan manusia dari keterkungkungan dirinya
sendiri” atau dari kebersandaran terhadap autoritas
25
eksternal. Satu-satunya jalan menuju Tuhan terletak pada
kesadaran moral yang mandiri, yang dia sebut “akal praktis”.
Dia menghilangkan banyak perangkap agama, seperti
autoritas dogmatik gereja, doa, dan ritual, yang semuanya
menghalangi manusia untuk bersandar pada kekuatan sendiri
dan mendorongnya untuk bergantung pada yang lain. Namun,
Kant tidak menentang gagasan tentang Tuhan per se.
Seperti Al-Ghazali beberapa abad sebelumnya, Kant
berpendapat bahwa argumen-argumen tradisional tentang
eksistensi Tuhan tidak bermanfaat karena pikiran kita hanya
mampu memahami hal-hal yang ada di dalam ruang atau
waktu dan tidak memiliki kompetensi untuk berpikir tentang
realitas yang berada di luar kategori ini. Namun, dia
memaklumi bahwa manusia memiliki kecenderungan alamiah
untuk menerabas batas-batas ini dan mencari sebuah prinsip
kesatuan yang memberi visi tentang realitas sebagai suatu
keseluruhan yang koheren. Prinsip itu adalah Tuhan. Tidaklah
mungkin untuk membuktikan eksistensi Tuhan secara logis,
tetapi mustahil pula untuk menafikan bukti-bukti itu. Gagasan
tentang Tuhan sangat penting bagi kita karena menampilkan
batasan ideal yang membuat kita mampu mencapai gagasan
~545~ (pustaka-indo)