Page 556 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 556
http://pustaka-indo.blogspot.com
membawa pada keputusasaan; penyair William Cowper
(1731-1800) menjadi gila ketika dia tak lagi merasa
terselamatkan, membayangkan ketiadaan kepekaan ini
sebagai pertanda bahwa dirinya terkutuk.
Di dalam agama hati, doktrin tentang Tuhan diubah menjadi
keadaan emosional batin. Count von Zinzendorf, penyantun
beberapa komunitas keagamaan yang tinggal di Saxony,
berpendapat seperti Wesley bahwa “iman bukan berada
dalam pikiran ataupun di kepala, melainkan di dalam hati,
29
seberkas cahaya yang menerangi hati.” Para akademisi
dapat terus “berceloteh tentang misteri Trinitas”, tetapi
makna doktrin itu bukanlah hubungan antara ketiga oknum
30
satu sama lain, melainkan “maknanya bagi kita”. Inkarnasi
mengungkapkan misteri tentang kelahiran baru seorang
penganut Kristen, ketika Kristus menjadi “Raja di dalam
hati.” Bentuk spiritualitas emotif ini juga muncul di kalangan
gereja Katolik Roma dalam devosi kepada hati Kudus Yesus,
yang mengukuhkan diri di hadapan banyak tentangan dari
para Jesuit dan kelompok mapan karena mencurigai
sentimentalitasnya yang berlebihan. Aliran itu tetap bertahan
hingga hari ini: banyak gereja Katolik Roma memasang
patung Kristus yang bertelanjang dada untuk memamerkan
hatinya yang bersinar dikelilingi kobaran api. Demikianlah
penampilannya dalam penampakan yang dialami Marguerite-
Marie Alacoque (1647-90) di Biara Parayle-Monial, Prancis.
Tak ada kemiripan antara patung Kristus ini dengan figur
abrasif dalam Injil. Dalam ratapan beribadirinya, dia
menunjukkan bahaya berkonsentrasi pada hati dengan
mengesampingkan akal. Pada 1682, Marguerite-Marie
mengenang kehadiran Yesus yang datang ke hadapannya
empat puluh hari sebelum Paskah:
seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan memar.
~549~ (pustaka-indo)