Page 548 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 548
http://pustaka-indo.blogspot.com
Seperti Descartes, Spinoza kembali kepada bukti ontologis
tentang eksistensi Tuhan. Gagasan paling mendasar tentang
“Tuhan” mengandung pembenaran tentang eksistensi Tuhan
karena suatu wujud sempurna yang tidak ada akan
menimbulkan pertentangan dalam dirinya sendiri. Eksistensi
Tuhan bersifat wajib karena hanya itulah yang memberikan
kepastian dan keyakinan yang dibutuhkan untuk melakukan
deduksi lain tentang realitas. Pemahaman ilmiah kita tentang
alam menunjukkan kepada kita bahwa alam diatur oleh
hukum-hukum yang kekal tak berubah. Bagi Spinoza, Tuhan
merupakan prinsip hukum itu, gabungan seluruh hukum abadi
yang ada. Seperti Newton, Spinoza kembali kepada ide
filosofis kuno tentang emanasi. Karena Tuhan inheren dan
imanen di dalam segala sesuatu—material maupun spiritual
—maka Tuhan dapat didefinisikan sebagai hukum yang
mengatur semua yang bereksistensi. Berbicara tentang
aktivitas Tuhan di dunia merupakan cara untuk melukiskan
prinsip matematis dan kausal eksistensi. Ini merupakan
pengingkaran absolut terhadap transendensi.
Meski tampak begitu gamblang, doktrin ini telah mengilhami
Spinoza dengan kekaguman mistis yang luar biasa. Karena
merupakan agregat semua hukum yang ada, Tuhan
merupakan kesempurnaan tertinggi, yang menggabungkan
segalanya ke dalam kesatuan dan keselarasan. Tatkala
manusia merenungkan cara kerja pikiran mereka
sebagaimana yang telah dilakukan Descartes, manusia
menjadi peka terhadap wujud Tuhan yang abadi dan tak
terbatas yang mengatur diri mereka. Seperti halnya Plato,
Spinoza percaya bahwa pengetahuan intuitif dan spontan
menyingkapkan kehadiran Tuhan secara lebih kuat daripada
pencerapan fakta-fakta oleh otak manusia. Kesenangan dan
kebahagiaan yang kita rasakan terhadap pengetahuan setara
dengan cinta Tuhan, ilah yang bukan merupakan objek abadi
~541~ (pustaka-indo)