Page 56 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 56
http://pustaka-indo.blogspot.com
Pembebasan, sebagaimana dituturkan dalam Alkitab,
memang tidak dimaksudkan sebagai versi harfiah dari
peristiwa itu. Akan tetapi, kisah itu mengandung pesan yang
jelas bagi orang Timur Tengah kuno, yang terbiasa dengan
dewa-dewa yang membelah laut menjadi dua. Namun, tidak
seperti Marduk dan Baal, Yahweh dikisahkan membelah
sebuah laut fisik di dunia profan dalam waktu historis.
Ketika orang Israel mengisahkan kembali peristiwa
Pembebasan, mereka tidak tertarik kepada keakuratan
sejarah sebagaimana kita sekarang. Alih-alih, mereka ingin
mengangkat arti penting peristiwa aslinya, apa pun
bentuknya. Beberapa sarjana modern menyatakan bahwa
kisah Pembebasan merupakan penafsiran mitikal atas
keberhasilan pemberontakan kaum tani terhadap
15
pemerintahan Mesir dan sekutu-sekutunya di Kanaan. Ini
peristiwa yang sangat jarang terjadi pada masa itu dan akan
menciptakan kesan mendalam yang tak terhapuskan pada
setiap orang yang terlibat di dalamnya. Ia juga merupakan
pengalaman luar biasa pemberdayaan kaum tertindas
menentang penguasa.
Kita akan menyaksikan bahwa Yahweh tidak terus menjadi
tuhan Pembebasan yang kejam dan keras, meskipun mitos itu
penting dalam ketiga agama monoteistik. Tampaknya cukup
mengherankan bahwa orang Israel kemudian
mentransformasinya hingga berbeda sama sekali, menjadi
simbol transendensi dan kasih sayang. Namun, kisah
Pembebasan yang berlumur darah itu terus mengilhami
konsepsi yang berbahaya tentang tuhan dan teologi yang
sarat dendam. Kita akan menyaksikan bahwa pada abad
ketujuh SM, penulis tradisi Deuteronomis (D) akan
menggunakan mitos tua itu untuk mengilustrasikan teologi
keterpilihan yang menakutkan. Teologi inilah yang, pada
~49~ (pustaka-indo)