Page 63 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 63
http://pustaka-indo.blogspot.com
menunjukkan adanya perpecahan tajam di Israel. Nabi-nabi
seperti Musa menyebarkan agama Yahweh yang mulia,
tetapi kebanyakan orang Israel menginginkan ritusritus lama,
dengan visi kesatuan holistik antara dewa-dewa, alam, dan
manusia.
Sungguhpun demikian, orang Israel telah berjanji untuk
menjadikan Yahweh satu-satunya tuhan mereka setelah
pembebasan mereka dari Mesir, dan para nabi tentu akan
kembali mengingatkan mereka akan perjanjian ini dalam
beberapa tahun kemudian. Mereka telah berjanji untuk
menyembah Yahweh saja sebagai elohim mereka, dan,
sebagai imbalannya, Yahweh berjanji mereka akan dijadikan
umat pilihannya yang akan menikmati perlindungan istimewa.
Yahweh telah memperingatkan bahwa jika mereka
melanggar perjanjian ini, dia akan menghancurkan mereka
tanpa ampun. Bagaimanapun, orang Israel telah menerima
perjanjian itu. Dalam Kitab Yosua kita temukan apa yang
mungkin merupakan naskah awal mengenai penerimaan
perjanjian antara Israel dan Tuhannya. Perjanjian itu
merupakan pakta formal yang sering digunakan dalam politik
Timur Tengah untuk mempersatukan dua pihak. Susunannya
sudah ditetapkan. Naskah perjanjian itu dimulai dengan
memperkenalkan raja sebagai mitra yang lebih kuat dan
kemudian akan melacak sejarah hubungan antara kedua
belah pihak hingga masa sekarang. Pada bagian akhir,
naskah itu menyebutkan ketetapan, syarat-syarat, dan
hukuman yang akan diberlakukan jika sumpah setia
diabaikan. Hal terpenting dalam seluruh perjanjian itu adalah
tuntutan atas loyalitas mutlak. Dalam perjanjian abad
keempat belas antara Raja Mursilis II dari het dan
pengikutnya, Duppi Tashed, raja mengeluarkan tuntutan:
“Jangan berpaling kepada orang lain. Ayah-ayah kalian telah
membayar upeti di Mesir. Kalian tidak usah melakukan itu
~56~ (pustaka-indo)