Page 65 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 65
http://pustaka-indo.blogspot.com
pencemburu. Jika mereka melanggar ketentuan dalam
perjanjian itu, dia akan membinasakan mereka. Mereka
mengambil sikap teguh: akan memilih Yahweh saja sebagai
elohim mereka. “Maka sekarang, jauhkanlah allah asing
yang ada di tengah-tengah kamu!” seru Yosua, “dan
condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel!” 23
Alkitab memperlihatkan bahwa orang-orang itu tidak
menepati janji. Mereka hanya mengingatnya pada masamasa
perang, ketika mereka membutuhkan kepiawaian
perlindungan militer Yahweh, tetapi di masa damai, mereka
kembali menyembah Baal, Anat, dan Asyera dalam cara
lama. Walaupun secara fundamental berbeda dalam bias
historisnya, pemujaan kepada Yahweh sering terungkap
dalam bentuk paganisme kuno. Ketika Raja Salomo (Nabi
Sulaiman) mendirikan Kuil untuk Yahweh di Yerusalem—
kota yang direbut ayahnya, Daud, dari Yebus—kuil itu
ternyata mirip dengan kuil dewa-dewa Kanaan. Bangunan
itu terdiri dari tiga ruang persegi empat, yang berpuncak pada
ruang kecil berbentuk kubus yang disebut Bait Suci. Di
dalam Bait Suci tersimpan Tabut Perjanjian, sebuah altar
yang bisa dibawa-bawa yang selalu menyertai orang Israel
pada saat mereka berada di pengungsian. Di dalam Kuil
terdapat bejana perunggu besar, merepresentasikan Yam,
penguasa laut dalam mitos Kanaan, dan dua tiang tegak
setinggi empat puluh kaki yang menandakan pemujaan
kepada dewi kesuburan, Asyera. Orang Israel terus
menyembah Yahweh di tempat-tempat suci kuno yang
mereka warisi dari orang Kanaan di Betel, Silo, Hebron,
Betlehem, dan Dan, yang sering menjadi tempat
berlangsungnya upacara-upacara pagan. Kuil itu segera
menjadi istimewa meskipun, seperti akan kita saksikan, di
sana juga terdapat beberapa aktivitas yang jelas-jelas tidak
ortodoks. Orang Israel mulai menganggap kuil itu sebagai
~58~ (pustaka-indo)