Page 126 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 126
Hal yang lebih menggelikan lagi adalah, yang berkumpul
untuk membicarakan sesuatu itu bukan hanya para kepala
sekolah saja, tapi para istri kepala sekolah pun membentuk
p e r k u m p u l a n yang disebut I3KS (Ikatan Istri-istri Kepala
Sekolah). Kita tidak tahu, apa yang dibicarakan oleh I3KS bila
bertemu. Tapi munculnya perkumpulan emacam itu mengesan-
s
kan bahwa para kepala sekolah sepertinya ingin membangun
suatu kerajaan (atau mafia?) baru, sehingga perlu ditopang oleh
para istri mereka agar menjadi lebih kuat. Yang terbayang dalam
benak penulis dengan adanya I3KS itu adalah seperti perkum-
pulan para pengurus Dharma Wanita di instansi-instansi peme-
rintah pada masa Orde Baru, yang setiap kali berkumpul sesung-
guhnya alokasi waktunya untuk merumpi atau saling pamer
kekayaan lebih besar dibanding dengan peningkatan kapasitas
J
pribadinya. angan-jangan, dorongan agar setiap kepala sekolah
baru membeli mobil baru itu tidak lepas dari gesekan istrinya
ketika bergabung bersama istri-istri kepala sekolah yang lain.
2. Bubarkan Pengawasan
Sedangkan gugatan terhadap keberadaan pengawas yang
dulu bercokol di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Kanwil P dan K) serta Dinas Pendidikan (untuk
SD), tapi sekarang berada di bawah Dinas Pendidikan kabupa-
ten/kota, dilakukan karena institusi pengawas itu dinilai sebagai
bentuk perpanjangan tangan Departemen Pendidikan Nasional
j
guna mengontrol alannya pendidikan di lapangan, termasuk
para kepala sekolah dan guru. Pascareformasi, keberadaan insti-
tusi pengawas itu masih dipertahankan, dan masih menjalankan
peran maupun fungsi-fungsi yang ama dengan masa Orde Baru
s
dulu.
Pada tingkat praktik, tidak ada perubahan sama sekali me-
ngenai apa yang dilakukan oleh pengawas pada masa Orde baru
dengan masa reformasi. Kesaksian semacam itu tidak hanya di-
berikan oleh satu-dua guru saja, tapi hampir semua guru yang