Page 131 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 131

otonomi  sekolah  atau  otonomi  guru.  Yang ada  nanti  adalah justru
               otonomi   pengawas,    sebab  merah-hijaunya    sekolah  ditentukan
               oleh  pengawas.  Guru-guru    yang  kritis  semakin  frustasi;  mereka
               kecewa   karena   di  koran-koran   dan  televisi  mereka  membaca
               beberapa   kebijakan   yang  amat   reformis,  seperti  pembebasan
               biaya  Ebtanas,  penghapusan     UUB,   penghapusan     Ebtanas  SD,
               dihentikannya    drop-dropan   buku   pelajaran  dan  program   study
               tour serta  seragam  pelajar,  adanya  dewan  sekolah,  otonomi  guru
               dan  sebagainya.   Tetapi  dalam   praktik,  semuanya   masih   tetap
               berjalan  seperti  dulu;  mereka  tidak  mengalami  pelonggaran  cara
               kerja  maupun  evaluasi  terhadap  dirinya  sebagai  guru  oleh  peng-
               awas.

                    Para  guru  yang  kritis  tidak  bisa  melakukan  perubahan  dari
               dalam,  karena   mereka  juga  berhadapan   dengan   sesama   kawan
                                                                J
               guru  yang  hanya  mencari   aman  dan  selamat. umlah    guru  yang
               seperti  itu  diperkirakan  mencapai  75%,  yang   kritis  hanya  10%
               saja,  sedangkan  yang  15%  adalah  mereka   yang  plin-plan,  tidak
               memiliki  sikap jelas,  tapi  sangat  tergantung  pada  arah  angin  ber-
               tiup.  Sikap  guru  yang  lebih  suka  cari  aman  sendiri,  pro-status
               quo,  dan  konservetif  itu  tidak  lepas  dari  pola  rekrutmen  guru
               pada  masa   lalu  (Orde  Baru)  yang  penuh  kolusi  dan  nepotisme.
               Mereka   yang  diterima  menjadi  guru  adalah  para  kerabat  pejabat
               pendidikan,   atau  mereka  yang   memakai   uang   sogok,  sehingga
               keduanya    memiliki  ketergantungan    yang  tinggi  pada  birokrasi
               pendidikan   dan   tidak  independen.


                    Berdasarkan   kondisi  yang  memprihatinkan     itu,  maka  para
               guru  yag  kritis  itu  mempunyai  usulan.  Selain  pembubaran  insti-
               tusi  pengawas,  mereka   juga  setuju  dengan  usulan  agar  seluruh
               guru  yang  ada  sekarang  dipecati  dulu,  lalu  dilakukn  tes  ulang,
               mana   yang  masih   layak  menjadi  guru   atau  tidak, uga  punya
                                                                       j
               prinsip  atau  tidak.  Mereka  yang  dinyatakan  tidak  layak  menjadi
               guru  sesuai  dengan  tuntutan  zaman  langsung dipensiunkan saja,
               sedangkan   mereka   yang  masih  layak  dapat  dipertahankan   men-
               jadi  guru.  Masalahnya,  apakah  pemerintah   mampu    memberikan
               uang pensiun   untuk sekitar 1,5 juta  guru  yang diperkirakan  tidak
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136