Page 129 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 129
Seorang pengelola sekolah swasta di Tangerang, Provinsi
Banten, pernah menuturkan (tahun 2001), bahwa tarif uang saku
bagi pengawas dari Kanwil (provinsi) adalah Rp 100.000, se-
dangkan dari Kandep (tingkat kabupaten) adalah Rp 75.000. Bagi
pengawas yang harus inap (karena pada waktu itu, Tangerang
t
J
masuk Provinsi awa Barat sehingga jarak empuh dari Bandung,
J
ibu kota provinsi awa Barat, cukup jauh, maka pengawas pun
perlu menginap), biaya akomodasi dibebankan kepada sekolah
yang akan dikunjungi.
Penuturan sejenis dikemukakan oleh kawan-kawan penge-
J
lola sekolah swasta dari awa Tengah dan awa Timur. Ternyata
J
a
mereka juga harus menanggung biaya komodasi dari para peng-
awas yang datang ke sekolah mereka bila pengawas memerlukan
inap. Di lain pihak, tidak ada sumbangan yang signifikan atas
kehadiran pengawas terhadap peningkatan mutu pendidikan
nasional, karena memang tidak ada indikator yang jelas peran
pengawas dalam pendidikan nasional. Betulkah kalau tidak ada
pengawas, maka kondisi pendidikan nasional akan semakin
buruk? Belum tentu. Bisa juga jauh lebih baik karena kreativitas
guru mungkin malah lebih berkembang.
Pengalaman Kak Wes, seorang pendongeng dari Yogyakarta,
barangkali dapat dipakai sebagai cermin. Ia membangun kerja
sama d e n g a n sebuah SD M a d r a s a h Swasta di Kecamatan
Triharjo, Bantul, DIY, dalam bentuk pengembangan kurikulum
dan metode pembelajaran yang lebih kontekstual, sehingga si
anak memiliki keterampilan sesuai dengan potensi yang ada di
wilayahnya. Program itu mendapat sambutan positif dari orang
tua murid karena secara ekonomis anak sudah belajar bekerja
sambil belajar. Tapi program itu kemudian berhenti, karena
kepala sekolah diancam oleh penilik sekolah (pengawas tingkat
kecamatan) akan dipindahkan kalau tidak mau menghentikan
program tersebut. Karena si kepala sekolah tidak mau meng-
alami nasib buruk, maka lebih aman menghentikan program ter-
sebut. Dari pengalaman Kak Wes itu, jelas bahwa pengawas/
penilik sekolah justru sering menjadi hambatan bagi munculnya