Page 243 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 243
Sebagai tokoh publik, mereka terkadang demonstratif
dengan gelar "doktor" mereka itu. Tetapi itu bukan di forum-
forum di mana orang berlomba membangun dan mempertahan-
kan klaim-klaim kebenaran ilmiah. Tindakan mereka sebenar-
nya tidak mengusik otoritas keilmuan para ilmuwan. Kalau
begitu, mengapa diributkan?
Praktisi sekaligus pengamat pendidikan Darmaningtyas,
l
dengan gaya satiris, pernah mengangkat isu "doktor kaki ima"
(Kompas, 2/5/2002). Darmningtyas rupanya ikut geram melihat
maraknya jual-beli gelar doktor itu. Dia ependapat dengan para
s
doktor betulan bahwa praktik jual-beli doktor terasa sebagai
suatu yang tidak f air buat mereka yang meraih gelar doktor
dengan kerja keras bertahun-tahun. Bahkan di bagian akhir arti-
kelnya, dia menyarankan kepada para doktor yang rasa keadil-
"
an"-nya telah dilanggar oleh praktik jual-beli gelar doktor itu
untuk mendesak pemerintah agar bertindak tegas pada praktik-
praktik tersebut.
Secara hukum, saran Darmaningtyas itu mungkin benar.
Artinya, demi tertibnya tatanan dunia pendidikan dengan segala
pernik-perniknya, pemerintah memang harus memberantas prak-
tik-praktik seperti itu, sekalipun mungkin tidak mudah dilak-
sanakan. Begitu pula, kekesalan para doktor betulan itu sungguh
bisa dimaklumi. Siapa pun tidak ingin melihat prestasi diri yang
dicapai dengan susah payah "disamai" oleh orang lain yang
mendapatkan dengan prosedur tidak benar.
Di situ "rasa keadilan" memang dilanggar. Namun, baik
Darmaningtyas maupun para doktor yang kesal itu kurang mem-
persoalkan, mengapa para tokoh publik yang dunia kesehari-
annya jauh dari dunia akademik begitu getol memburu gelar
doktor sekalipun palsu?
Kalau kemudian pertanyaan selanjutnya adalah ada apa
dengan para tokoh publik itu, kita mungkin hanya akan menda-
patkan (dugaan) awaban yang hanya menambah rasa geram,
j
tanpa mampu memahami gejala ini dengan lebih baik. Oleh kare-
243