Page 254 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 254

Mengapa    peraturan-peraturan     sekolah  yang  mengadopsi
              mekanisme kerja   pasar  swalayan  itu  sekarang  menjadi  dominan?
              Tidak  lain,  karena  sekolah  sendiri  telah  berubah  menjadi  pasar
              swalayan   sehingga  tidak  ada  lagi  hubungan  yang  bersifat  per-
              sonal  dan  human  antarindividu  di  dalamnya.  Yang  tersisa  tinggal
              pola  hubungan    yang  transaksional  dan   fungsional.  Seseorang
              dihargai  bukan  karena  nilai  kemanusiaannya,   melainkan  karena
              nilai  transaksinya.  Itulah sebabnya  kemudian  muncul  pandangan,
              bahwa sekolah   yang  bermutu   adalah sekolah yang   mahal,  meski-
              pun  sekolah  yang  mahal   belum   tentu  bermutu.  Gagasan   yang
              pernah saya jalani  enam  belas  tahun  silam  untuk  membuat  seko-
              lah  yang  bermutu  dan  murah,  mungkin    sekarang  akan  menjadi
              tertawaan   karena  dianggap   sebagai  impian   belaka.  Meskipun
              dalam  praktiknya   (pada  waktu  itu),  ide  tersebut  dapat  bergulir
              dengan  cara  mengabaikan    perolehan  keuntungan    material  para
              pengelolanya    dan   melakukan    mobilisasi   sumber   daya   dari
              berbagai  penjuru.  Dalam  istilah  sekarang,  eksperimen  yang kami
                       e
              lakukan nam    belas tahun silam  itu  berdasarkan  manajemen   ber-
              basis  sekolah.


                   Tapi  eksperimen  yang ama    sekarang akan   mengalami   ham-
                                           s
                                          s
              batan  besar,  karena  orang udah  memiliki  ideologi  bahwa  hanya
              yang  mahal-mahal    yang  dapat  mencapai   mutu  tinggi,  sehingga
              orang  sudah  aumng-awangen   (terbayang-bayang)    untuk  mencoba
              melakukan eksperimen     yang  berbau  sosial  dan  untung-untungan.
                         t
              Di  sinilah ampaknya    sumber   kemandekan    eksperimen-eksperi-
              men  dalam   praktik  pendidikan  nasional:  bahwa   para  pengelola
              pendidikan   di  negeri  ini  sudah  terjebak  pada  pengelolaan  super-
              market  yang  lebih  mengandalkan   besarnya   kapital  untuk  dapat
              memberikan    pelayanan kepada   masyarakat   maupun    untuk  mela-
              kukan  eksperimen-eksperimen     dalam   proses  pembelajaran.  Aki-
              batnya,  sekolah-sekolah  yang   sangat  mahal  justru  diserbu  oleh
              orang  tua  karena  dianggap   memberikan    gengsi  tertentu.  Sama
              saja  masuk  ke  supermarket  Sogo  dipandang  lebih  prestisius,  dari-
              pada  masuk   ke  Pasar  Raya  di  Manggarai  atau  Blok  M  (Jakarta).
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259