Page 301 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 301

(2)  Menteri  Pendidikan,  Pengajaran  dan  Kebudayaan  menetapkan  untuk
                 tiap  jenis  sekolah  negeri  jumlah  sekurang-kurangnya  daripada  hari
                 sekolah  satu  tahun.
              (3)  Sekolah-sekolah  partikulir  dapat  mengatur  hari  liburnya  sendiri
                 dengan  mengingat  yang  termaktub  dalam  ayat  1  dan  2  pasal  ini.


                   Pasal  26, yang  mengatur tentang  hari  libur dan  hari  berseko-
              lah  ini,  kemudian  diambil  utuh  ke  dalam  Pasal  40  UUSPN  Tahun
              1989.  Namun,   pada  pelaksanaannya     tidak  terjadi  di  lapangan.
              Sekolah-sekolah   swasta  tidak  dapat  mengatur hari  libur dan  hari
              sekolahnya   sendiri  tanpa  seizin  Menteri  Pendidikan.

                   Sedangkan syarat untuk menjadi     guru  bukanlah  persyaratan
              politis  seperti  sekarang  ini:  bebas  G30S/PKI,  bersih  lingkungan,
              tidak tersangkut  partai  politik terlarang lainnya, dan sebagainya,
              melainkan   sebatas  syarat  sehat asmani    dan  rohani,  serta  ke-
                                                 j
              dewasaan   pribadi.  Dengan   demikian,   guru  di  sekolah  mampu
              menghargai   tiap  aliran  agama  dan  aliran  hidup,  seperti  tertuang
              dalam  Pasal  15  dan  Pasal  16:
                   Pasal  15:

                   Syarat  utama  untuk  menjadi  guru,  selain  ijasah  dan  syarat-sya-
              rat  yang  mengenai  kesehatan  jasmani  dan  rohani,  ialah  sifat-sifat  yang
              perlu  untuk  dapat  memberi  pendidikan  dan  pengajaran  seperti  yang
              dimaksud  dalam  pasal  3,  4,  dan  5  UU  ini.

                   Pasal  16:
                   Di  dalam  sekolah,  guru-guru  harus  menghormati  tiap-tiap  aliran
              agama  atau  aliran  hidup.

                   Konsep   pengawasan sejak dulu juga    telah  dikenal,  tapi  tidak
              seperti  sekarang,   di  mana   pengawasan     dalam    pendidikan
              sesungguhnya    merupakan   perpanjangan   dari  birokrasi  pendidik-
              an  yang  bertugas   mencari-cari   kesalahan   sekolah,   terutama
              sekolah-sekolah   swasta   yang  tidak  mau   tunduk   pada   aturan
              pemerintah   secara  ketat.  Dalam   kapasitasnya   sebagai  Kepala
              Kanwil   Departemen     Pendidikan    dan  Kebudayaan     DIY,  Drs.
   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306