Page 303 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 303

(3)  Susunan  dan   kewajiban  panitia  pembantu   pemelihara  sekolah
                 ditetapkan  oleh  Menteri  Pendidikan  Pengajaran  dan  Kebudayaan.

                   Akhirnya,   sampailah  pada   kesimpulan:   Bila  kita  sungguh-
              sungguh   ingin  melakukan  pemikiran ulang   terhadap  pendidikan
              nasional,  maka salah  satu  langkah  yang dapat  kita  lakukan  adalah
              dengan   kembali  ke  UU   No.4  tahun  1950  tentang  Dasar-Dasar
              Pendidikan   dan  Pengajaran  di  Sekolah.  Mengapa?

                   Pertama,  sudah  terbukti,   bahwa   nafas   Undang-Undang
              tersebut,  secara  filosofis,  budaya,  dan  politik jauh  lebih  bermutu,
              demokratis,   universal,   dan  memiliki   rasa  kebangsaan    yang
              tinggi,  bila  dibandingkan  dengan  UUSPN   Tahun   1989  atau  Draf
              Amandemen      terhadap  UUSPN     tahun  1989.  Untuk  mengetahui
              hal  itu,  kita  dapat  membandingkan     rumusan    tentang  dasar,
              fungsi,  dan  tujuan  pendidikan  dari  kedua  undang-undang   terse-
                                                              l
              but  beserta  draf  amandemen   UUSPN    (lihat ampiran   1).
                   Hal  itu  karena  Undang-Undang      No.4  tahun   1950  dibuat
              dalam   suasana   politik  yang  demokratis,   dan   oleh  founding  fa-
              thers,  yang  notabene  termasuk  orang-orang  yang  terdidik  secara
              baik,  sehingga  produk  yang  dihasilkannya uga    demokratis   dan
                                                            j
              baik.  Sedangkan   UUSPN    dibuat  oleh  rezim  yang  totaliter.
                   Kedua,  praktik  pendidikan  yang  didasarkan   pada  UU   No.4
              tahun  1950,  terutama  ketika  masih  zaman  Soekarno,   jauh  lebih
              bermutu,  demokratis,   egaliter,  mandiri,  dan  mampu  menghasil-
              kan  orang-orang   yang  cakap,  susila,  dan  beradab.

                   Ketiga,  rumusan  draf  UU  Pendidikan    yang  diajukan   oleh
              Komite   Reformasi    Pendidikan    Nasional   yang  dimaksudkan
              sebagai  revisi  terhadap  UUSPN,  yang  dinilai  terlalu  sentralistis,
              ternyata  tidak  lebih  baik  daripada  rumusan  tujuan  pendidikan
              menurut   UUSPN    yang  akan  direvisi  tersebut,  apalagi  bila  diban-
              dingkan  dengan   UU   No.4  tahun  1950.  Hal  itu  karena  rumusan
              draf  amandemen    tersebut  disusun  dalam   suasana  politik  yang
              kacau  balau  dan  oleh  suatu  rezim  yang  carut  marut.  Dengan
              demikian,  bila  reformasi  pendidikan   ternyata  tidak  lebih  baik,
   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308