Page 35 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 35

dikan  dan  kesehatan  itulah  yang  harus  digugat  terus  menerus.
             Karena,  kalau  kita  runut  ke  belakang,  sektor  perbankan  yang
             amburadul   dan  dikelola  oleh  para  bandit  itulah  yang  membuat
             bangsa  ini  hancur berantakan. Sejak Paket Oktober  (Pakto)  1988,
             memang    banyak   bermunculan    bank-bank   swasta  baru  yang
             dimiliki  oleh  para  taipan.  Bank-bank  itu  kepemilikannya  terkait
             dengan   kepemilikan  perusahaan-perusahaan     besar.  Misalnya,
             dulu William Suriajaya pemilik PT. ASTRA    Motor memiliki  Bank
             Summa   (tapi  tahun  1991  ditutup),  Liem Sie  Liong yang memiliki
             perusahaan  Indo Group   punya  BCA,  pemilik  perusahaan  Lippo
             Group  memiliki  Bank  LIPPO,  dan  sebagainya.  Pendirian  bank-
             bank  itu  tak  lepas  dari  politik  internal  mereka  untuk  akumulasi
             kapital  bagi  perusahaan-perusahan  mereka.  Uang  yang  masuk
             ke bank-bank  mereka  itu  diputar  di  lingkungan  perusahaan  me-
             reka,  sehingga  akumulasi  keuntungannya   tidak  terdistribusi  ke
             luar,  tapi  ke  internal  mereka  saja.  Ketika  terjadi  krisis  ekonomi
             pada  pertengahan 1997, semua  manipulasi itu  terbongkar ke per-
             mukaan.   Pemerintah Orde  Baru  berusaha  menutupi  kebobrokan
             mereka dengan mengeluarkan dana     BLB1  mencapai  Rp  143 triliun
             lebih,  tapi  usaha  rezim Orde Baru  itu justru  memperkokoh  keban-
             ditan  mereka.  Pascareformasi, dengan semakin terbukanya  infor-
             masi,  terbukti bahwa dana  BLBI  itu  ternyata diselewengkan oleh
             para  pengelola  bank-bank  penerima  dana  BLBI.  Ironisnya  lagi,
             para  pengemplang    dana  BLBI   itu  dibebaskan  dari  tuntutan
             hukum.


                  Tapi ironisnya justru  sektor perbankan  itu  dibela oleh  peme-
             rintah  secara  total.  Padahal,  setelah  dibela  mati-matian  tidak
             otomatis  membantu    memperlancar   perekonomian    masyarakat.
             Awal  tahun 2001,  ketika  menjabat sebagai  Menko Perekonomian,
             Rizal  Ramli  pernah   mengatakan,   bahwa   dana   menganggur
             perbankan  mencapai   Rp 425 triliun.  Dana menganggur itu akibat
             sistem  penyaluran kredit  tidak benar dan  karena "banyak bankir
             yang  tidur"  (Kompas,  26/1/2001).  Informasi  tersebut  semakin
             memperkuat    argumen   tulisan  ini,  bahwa  percuma  pemerintah
             membela   para bankir mati-matian kalau  memang mentalitas  para
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40