Page 36 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 36

bankir  tetap  saja  mentalitas  bandit.  Mentalitas  yang  hanya
              memikirkan perut sendiri  tanpa  peduli  nasib orang lain. Sungguh
              ironi  bila  di  satu  pihak,  banyak  usaha  kecil-kecilan  yang  dilaku-
              kan  oleh  masyarakat  bangkrut  karena  tidak  ada  modal,  di  lain
              pihak, bank-bank yang ditomboki justru   menimbun dana ratusan
              triliun  rupiah  karena  bankirnya  tidur.  Tidur  itu  memperlihatkan
              tidak  adanya  kepekaan   dan  tanggung  jawab  sosial  dari  para
              bankir  atas  penderitaan  masyarakat  bawah  yang  kebingungan
              untuk  memperoleh    dana  usaha.

                   Berdasarkan  uraian  di  atas, jelas  bahwa,  betul,  pemerintah
              memiliki  tanggung   jawab  membayar    bunga  dan  cicilan  utang
              luar negeri  yang diwariskan oleh  rezim  Orde  Baru — yang direp-
              resentasikan   oleh  Golkar.  Tapi  secara  objektif,  pemerintah
              (Megawati) juga bersikap  tidak adil  karena membela  mental ban-
              dit  yang  diperankan  oleh  para  bankir,  dengan  mengorbankan
              biaya  pendidikan   dan  kesehatan  warganya.  Seandainya   dana
              BLBI  itu  disalurkan  untuk  dana  kesehatan  dan  pedidikan,  jelas,
              kesehatan  dan  pendidikan  gratis  bagi  semua  warga  itu  bisa  di-
              capai.  Jadi,  di sinilah  letak  permasalahannya,  bahwa  pemerintah
              bukan  tidak mampu   mewujudkan    pendidikan dan kesehatan  gra-
              tis,  tapi  tidak memiliki  kemauan.  Kemampuan pembiayaan sebe-
              tulnya ada, asalkan  dana  itu  tersalurkan secara  tepat. Tapi  karena
              kemauannya    tidak  ada,  maka  lebih  baik  twmboki  ulah  para  ban-
              dit  perbankan  daripada  membiayai  pendidikan  warganya.  Yang
              lebih menyakitkan  lagi,  pemerintah, baik eksekutif maupun  legis-
              latif,  terlihat amat cuek terhadap persoalan-persoalan  pendidikan
              dan  kesehatan  warganya.   Mereka  asyik  dengan  hidup  mereka
              yang  glamor  dan  korup.

                      Kekecewaan      terhadap    pemerintahan      Megawati
              Soekarnoputri  berangkat dari  tidak  konsistennya  sikap  dia  sebe-
              lum  dan  sesudah  menjadi  presiden. Sebelum  menjadi  penguasa,
              terlebih  pada  masa  Orde  Baru,  Megawati  menjadi  representasi
              orang  kecil  yang  tertindas.  Tapi  ketika  menjadi  penguasa,  ia
              lebih  memilih  membela  para  bandit  dengan  memilih  memihak
              para  konglomerat, yang  oleh  Kwik  Kian Gie,  salah  satu  menteri,
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41