Page 66 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 66
4. Sistem Evaluasi tetap Sentralistik
Ketidaksinkronan antara tata ucap dengan yang terjadi di
lapangan itu, juga tampak pada sistem evaluasi belajar murid
yang masih tetap sentralistik, karena dikendalikan oleh Pusat
dan bukan oleh guru. Secara resmi, Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional sudah menge-
luarkan larangan melaksanakan UUB (Ulangan Umum Bersama)
yang selama ini memang ditengarai sebagai objek bisnis saja.
Tapi yang terjadi di lapangan, praktik UUB itu masih tetap terjadi
pada setiap catur wulan (sekarang setiap semester). Para pejabat
Departemen Pendidikan Nasional di Pusat jelas mengetahui ma-
sih berlangsungnya praktik UUB ini. tapi mereka juga tidak ber-
tindak apa-apa, tidak memberikan sanksi kepada sekolah yang
tetap menyelenggarakan UUB dengan alasan itu sudah menjadi
kewenangan daerah untuk menentukan. Para pejabat di daerah
tentu tidak akan menghapuskan UUB itu begitu saja, karena
UUB memang merupakan tambang emas yang subur untuk men-
dapatkan keuntungan materi, meskipun UUB memberikan beban
ekonomi yang besar kepada masyarakat dan merampas hak guru
untuk memberikan evaluasi kepada muridnya.
Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) yang sudah
lama dikeluhkan oleh masyarakat, untuk tingkat SD memang
dihapuskan, tapi untuk tingkat SMP-SMTA hanya ganti baju
menjadi UAN (Ujian Akhir Nasional). Substansinya sama, yaitu
sistem evaluasi akhir tingkat nasional. Reformasi pendidikan
dalam bentuk ganti nama itu juga terjadi pada penyebutan tes
calon mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri, dari istilah
sebelumnya Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru)
menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Meskipun
namanya berubah, tapi substansinya sama dan mekanismenya
juga sama, yaitu sama-sama merupakan mekanisme rekrutmen
calon mahasiswa baru. Orang yang usil akan bertanya-tanya:
Kalau mekanisme dan substansinya sama, ngapain harus ganti
nama? Kalau tidak mampu melakukan reformasi yang lebih sub-