Page 20 - Tan Malaka - MADILOG
P. 20

yang dipopulerkan, dijadikan ilmu umum, dimana raja minyak
               (Colyn) dan raja tembakau (Cremer) bersimaharajarela.

               Sudah  bertahun-tahun  saya  tak  punya  buku,  tak  ada  salahnya
               buat  saya  sekarang,  sebelum  menulis  buku  "Madilog’’  ini,
               sebentar  mengincarkan  mata  pada  daftar,  isi  dan  halaman
               buku-buku  yang  mengandung  dialektika  dan  logika.  Tetapi
               sebab  toko  buku  yang  terbesar  di  Asia  Timur  dan  toko-toko
               buku  nyamuk  di  Jakarta  tak  punya  satupun  buku  perkara  itu
               saya  sama  sekali  disesakkan  kepada  "Jembatan  keledai’’  yang
               tersimpan dalam otak saya. Sekali lagi maaf ! Tetapi perlu pula
               dicatat disini dalam bibliotheek Bataviase Genootshap, sesudah
               hampir habis "Madilog’’ ditulis berjumpa juga dengan beberapa
               buku tentang logika dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman dan
               Perancis.
               MADILOG,  ialah  paduan  dari  permulaan  suku  kata  :  (MA)-
               TTER,       (DI)-ALECTICA         dan      (LOG)-ICA       "Mater’’     saya
               terjemahkan  dengan  "benda’’,dialektika  dengan  pertentangan
               atau  pergerakan  dan  logika  dengan  undang  berpikir.  Paduan
               dalam bahasa Indonesia tiadalah begitu enak didengar dan tiada
               pula  membuka  pikiran  baru  seperti  "jembatan  keledai’’  saya.
               Sebab   segala  kata  di  atas  sudah  begitu  umum  dalam  bahasa
               negara besar-besar di Eropa, walaupun bahasa cangkokan dari
               bahasa  Latin  dan  Yunani,  maka  tiadalah  perlu  kita  segan
               mencangkok kata itu ke dalam bahasa kita.
               "Madilog’’  saya  maksudkan  terutama  ialah  cara  berpikir.
               Bukanlah       suatu      Waltanschauung,         pemandangan          dunia
               walaupun  cara  berpikir  dan  pemandangan  dunia  atau  filsafat
               adalah  seperti  tangga  dengan  rumah,  yakni  rapat  sekali.  Dari
               cara  orang  berpikir  itu  kita  dapat  duga  filsafatnya  dan  dari
               filsafatnya kita dapat tahu dengan cara dengan methode apa dia
               sampai ke filsafat itu.

               Murid yang cerdik juga insyaf, bahwa kalau dia sudah tahu satu
               cara, satu undang, satu kunci buat menyelesaikan satu golongan
               persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh persoalan
               atau jawabannya puluhan atau ratusan persoalan itu, tetapi dia
               pegang cara atau kuncinya persoalan tadi saja.






                                                                                          19
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25