Page 23 - Tan Malaka - MADILOG
P. 23
maka sebagai tongkat pertama dalam dunia berpikir, perlulah
kita sekadarnya memajukan logika. Di antara ahli pikir borjuis
barat ada yang menyanggah nama dialektika materialisme dan
memajukan kritis-materialisme, ialah logisch-materialisme,
tetapi nama ini sama sekali melenyapkan dialektika, jadi
bertentangan dengan Madilog.
Walaupun dalam bagian badan kita, otak kita itu adalah barang
yang perlu dan penting, hati, jantung, usus, dsb juga penting,
tetapi kalau tak-bertulang belakang kita tak bisa berdiri. Klas
tani itu penting, klas saudagar di dunia sekarang berguna, klas
intelek berguna-penting, tetapi tak-ber-klas pekerja-mesin,
Indonesia merdeka pasti tak akan bisa berdiri dan kalau berdiri
tak akan bisa teguh dan lama.
Beginilah paham saya sebelum dibuang keluar Negara lebih dari
20 tahun yang lampau. Di bawah bendera Dai Nippon paham
itu tak bertambah lemah, malah sebaliknya bertambah kuat.
Perjuangan nasionalis setelah robohnya PKI (1927), yang
dipimpin oleh kaum intelek sudah lebih dari pada cukup
memberi bukti yang nyata, bahwa perjuangan yang tiada
berdasarkan pekerja-murba tidak akan mendapat Indonesia
Merdeka. Sikap keras terhadap para pemimpin prajurit pekerja,
jauh lebih kejam dari pada sikap yang diambilnya terhadap para
pemimpin nasionalis adalah sikap yang sangat jitu sekali
menggambarkan taksirannya imperialisme Belanda terhadap
berbagai golongan Masyarakat Indonesia yang mengancam
dirinya itu.
Paham saya tentang segala golongan di Indonesia, sudah cukup
saya terangkan dalam beberapa brosur, yang saya sebut diatas
tadi. PARI, yang didirikan sesudah hancurnya PKI berdiri atas
perhitungan kekuatan terbuka dan tersembunyi Rakyat Murba
dan pekerja Indonesia.
Pentingnya, hidup matinya negara pada dunia kapitalisme dan
imperialisme ini, bergantung pada bermacam-macam hal,
persenjataan, perindustrian, terutama senjata, letak negara,
persatuan serta banyak penduduknya, semangat rakyat,
kecerdasan dsb.
22