Page 258 - Tan Malaka - MADILOG
P. 258

mengurangi segala bukti yang berhubungan dengan kejadian, tempo dan
               tempat tadi. Bahwa ahli Tionghoa dan Arab yang bisa menuliskan yang
               boleh  dinamai  sejarah,  dan  ahli  Hindustan  sejarti  tiada  bisa  tiada
               mengherankan saja.
               Sebaliknya  akan  mengeherankan  (mengangakan  mulut)  kita  kalau
               pemikir Hindustan Asli bisa menuliskan dengan tak sepatahpun ditambah
               atau  dikurangi  apa  yang  dilihat  oleh  amtanya  sendiri.  Ahli  Hindu,
               bagaimana  juga  ulungnya  dalam  ilmu  abstract,  kegaiban  atau  terpisah,
               tiada  bermata  kebuktian  (matter  of  fact).  Ahli  sejarah  Tionghoa
               lampaupun sebelum Nabi Isa dan ahli Arab malah berdiri atas bukti itu.
               Mereka dengan kakinya berdiri teguh diatas dunia ini dan dengan mata
               terbelalak  memperamati  kejadian  didunia  fana  ini.  kalau  salah  ialah
               karena  silap  memandang  saja.  Bukan  salah  penjuru  memandang  atau
               salah cara memandang.

               Ilmu  sejarah  itu  tentulah  penting  sekali  buat  sesuatu  masyarakat.
               Masyarakat  sekarang  ialah  akibat  yang  lampau.  Masyarakat  yang  akan
               datang ialah akibat dari yang sekarang. Seorang yang berkewajiban buat
               memperbaiki  masyarkatnya  yang  sekarang,  tentulah  mesti  mengetahui
               keadaan  masyarakat  itu  sekarang  dan  dahulu.  Tetapi  buat  pemimpin
               Hindustan baikpun Brahma, ataupun Buddhist, masyarakat manusia itu,
               tentulah barang-barang yang tiada berguna, barang yang terpaksa didiami
               buat  sementara,  malah  sebagian  besarnya  terdiri  dari  manusia  najis.
               Perhatian  penuh  terhadap  masyarkat  tak  langsung  dicari-cari  pada
               filsafatnya ahli Hinduisme atau Budhiisme resmi. Mereka boleh jadi juga
               mau  mengeluarkan  peluh  buat  memberikan  manteranya,  pada  yang
               meminta  menerima  harta  sebagai  kurban  atau  sebagai  bunga  uangnya,
               tetapi  dalam  filsafat  masyarakat  dan  berhubung  dengan  ini  semua,
               kebendaan  dan  keduniaan  ini,  ialah  “kungkungan”  jiwa.  Jiwa  ini  mesti
               dipadukan  kembali  dengan  jalan  pertapaan:  Dengan  menjauhi
               perempuan, makanan, pakaian dll dan membunuh pancaindera.
               Belum  pernah  saya  mengadakan  catatan  panjang  dan  langsung  dalam
               buku  ini.  catatan  sebelum  ini,  catatan  dari  kepada  saja  pendek.  Karena
               pentingnya  yang  berhubungan  dengan  ada  atau  tidak  adanya  sejarah
               Hindustan itu, dan saya sendiri tak perlu dan tak bisa pada bagian buku
               ini  memberi  pandangan  yang  lebih  lanjut  atupun  meneruskan
               pemeriksaan.  Maka  saya  kemukakkan  saja  catatan  sedikit  panjang  dari
               seorang Inggris dan seorang Belanda disambil oleh keterangan Negative
               (tak  ada)  yang  saya  peroleh  dari  penulis  Hindu  yang  dapat  pelajaran
               Barat.  Selainnya  dari  pada  itu,  seperti  diatas  saya  mengharapkan



                                                                                         257
   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263