Page 287 - Tan Malaka - MADILOG
P. 287

bedanya  Tuhan  itu  dengan  Jiwa  manusia  dan  berhubung  kekal  dengan
             Jiwa kita.

             Kungkungan Jiwa kita dalam jasmaninya itu disebabkan ke tidak tahuan
             kita!  Cahaya  terang  akan  kelihatan  kalau  perkara  yang  mengaburkan
             pemandangan kita diberhentikan. Bunuhlah semua aksi (gerak-geriknya)
             pikiran  itu,  demikianlah  nasihatnya  Yoga.  Diajarkan  bagaimana  mesti
             duduk  dan  bernafas,  di  ajarkan  pula  membunuh  pancaindera,  diajarkan
             pula  memusatkan  pikiran;  samadhi,  concentration.  Samadhi  mesti
             diteruskan  sampai  rohani  kita  lepas  dari  jasmaninya  dan  mendapatkan
             cahaya terang benderang sendirinya.
             Enam Sistem boleh dianggap percampuran paham Kita Veda pada Zaman
             Pertama  dengan  paham  Buddhisme.  Yainisme  dan  Materialsime  pada
             Zaman  Kedua.  Kita  katakan  percampuran,  bukanlah  perpaduan
             disebabkan  kemenangan  pasti  dari  salah  satu  pihak  yang  bertarung.
             Synthesis,  Pembatalan  semacam  ini  tiadalah  decisive  (pasti  kalah
             menangnya) seperti dialektis materialisme di Ruslan pada tahun 1917 atas
             idealisme, kerohanian. Atau seperti materialisme terpisah (mechanical) di
             Perancis  pada  tahun  1789  dan  1870,  nyata  kemenangannya  atas
             kerohanian.

             Dalam  Enam-Sistem  masuk  Atmanisme  dan  Ketuhanan,  tetapi  dapat
             bantahan  dari  Materialisme,  Buddhisme  dan  Yainisme  di  Zaman
             Dongeng. Kita mendapatkan dualisme (keduaan): Tuhan dan Jiwa. Tuhan
             dan Benda, Jiwa dan Benda dan sebagainya. Selain dari pada itu masuk
             pula  paham  Buddhisme  yang  menganggap  dunia  sebagai  impian
             (illusion) semata-mata. Tentulah paham ini masuk dengan bantahan pula.

             Pendeknya  kita  mendapatkan  dualisme  (mengakui  Benda  dan  Rohani,
             keduanya bersampingan) dan idealisme sejati (Tak mengakui Benda) dan
             banyak  paham  yang  condong  kepada  kerohanian,  tetapi  didalamnya
             Enam  Sistem  ini  kita  tak  berjumpakan  materialisme  tunggal,  apalagi
             materialsime-dialektika  yangtunggal,  yang  menjadi  pangkalan  dan
             ujungnya perkara.

             Yang Tak Berpunya di Hindustan belumlah cukup banyak dan sebabnya,
             (quantity dan quality) buat memeluk, menjalankan dan mempertahankan
             paham semacam itu.

             Buddhisme  yang  mengakui  bahwa  Yang  Ada  didunia  semuana  impian
             belaka,  mesti  takluk  pada  paham  Brahmana  yang  dalam  perbuatannya
             mengakui betul ada dan mujarabnya benda itu. Apalagi kalau benda itu




             286
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292