Page 289 - Tan Malaka - MADILOG
P. 289

mendasarkan  Ilmu  Logika  dan  Matematikanya,  pada  Logika  dan
             Matematika Hindu kalau mereka merasa perlu.

             Betul sekali Arab juga mengambil dasar dari Hindustan, seperti Algebra,
             tetapi  dasar  pokok  segala-gala  ialah  Ilmu  Yunani  umumnya  dan
             Aristotelesisme  khususnya,  tetapi  terhadap  Ilmu  Jiwa  yang  berpuncak
             pada pemusatan pikiran (concentratie) saya tiada menduakan hati. Asli
             atau  tak  asli  sama  sekali  hasil  Hindustan,  tetapi  mesti  diakui  bahwa
             pemusatan  pikiran  itu,  dengan  jalan  samadhi  memang  memuncak  di
             Hindustan.  Kalau  pemusatan  pikiran  itu  di  kikis  kegaiban  dan
             kemustajabannya  yang  gaib-gaib  itu,  kalau  pemusatan  pikiran  itu
             dianggap sebagai pekerjaan yang praktis (nyata) buat mencapai maksud
             yang  praktis,  maka  “pemusatan  pikiran”itu  adalah  satu  hasil  yang
             berharga.

             Pemusatan pikiran bisa membuang fantasi impian, pikiran yang kacau
             balau  dan  melayang-layang  tak  berguna,  dan  menetapkan  pikiran  pada
             satu  arah,  yang  bisa  mendapatkan  hasil.  Kalau  pemusatan  pikiran  itu
             dijalankan  dengan  teratur  dan  pada  tempo  yang  tentu,  maka  pikiran
             gampang  terhari,  gampang  putus  asa,  kegugupan  dan  perasaan  gugup
             gempita  seperti  acap  terdapat  pada  pemuda-pemudi  dalam  usia  muda
             remaja  (Strum  und  Drang  Periode)  bisa  hilang.  Dia  berganti  pikiran
             tenang, teratur, kemauan keras serta hati sabar luas. Pada tempo  masih
             muda  sekali,  pemusatan  pikiran  itu  ada  saya  pelajari  baik  dari  sumber
             Hindustan sendiri atau dengan perantaraan penulis Amerika. Bersamaan
             dengan  sport  yang  mesti  diajarkan  oleh  ahli,  maka  pemusatan  pikiran
             yang sudah dikenal oleh nenek  moyang Indonesia itu, saya pikir terlau
             diajarkan kembali pada pemuda-pemudi murid kita oleh ahli pula. Tetapi
             mesti  dipandang  harganya  dengan  mata  terbuka.  Boleh  dipakai  buat
             mengobati  semacam  penyakit  tetapi  tak  semua  penyakit.  Boleh  dipakai
             buat  mengoborkan  hati,  menenangkan  pikiran  dan  membulat-pelorkan
             kemauan.  Tetapi  buat  memanjangkan  umur  sampai  3000  tahun
             melemparkan gunung, menerbangkan kapal tak dengan motor dan besi,
             atau  menyingkirkan  manakan  orang  atau  senjata  apapun  juga,  adalah
             omong kosong dalam cerita Sri Rama ataupun Arjuna.

             Sebagai  hasil  yang  tak  berharga  malah  berbahaya,  kita  berjumpakan
             ketahyulan  yang  tiada  berbatas,  seperti  pemujaan  sapi  dan  ampastnya
             (sapi),  perkawinan  kanak-kanak,  pembakaran  janda-muda,  sesudah
             ditikam dan diperas darahnya lebih dari seratus juta manusia, ialah kasta
             paria, yang sebetulnya berpikiran dan perasaan sama dengan kasta atau





             288
   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294