Page 296 - Tan Malaka - MADILOG
P. 296

tak  masuk  kedalam  daerah  pemeriksaan  beralasan  Madilog.  Paham
               beralasan  Madilog  terhadap  “Akan  dan  Hidup”sudah  lebih  dari  cukup
               dikemukakan dalam buku ini.

               Kepercayaan orang pada kegaibannya Nabi Muhammad SAW yakni yang
               berhubngan dengan ke-Duniaan ini, tiadalah berapa banyaknya. Kegaiban
               itu  tiada  pula  begtiu  bulat  mentah  seperti  kegaiban  yang  berhubungan
               dengan Arjuna, Sri Rama, Nabi Isa atau Nabi Musa. Dalam peperangan
               Muhamad SAW kita tak berjumpakan dengan 1/13 (sepertigabelas), dari
               kegaiban  sihirnya  Arjuna  ataupun  Sri  Rama,  yang  dalam  sekejap  mata
               saja bisa menerbitkan prajurit, laskar ataupun senjata yang tak berbatas
               besar dan kodratnya. Muhammad SAW berjuang dengan memakai tangan
               dan pedangnya, bersama dengan pengikut yang boleh dihitung banyaknya
               dengan  sepuluh  jadi  saja.  Bedanya  dengan  sahabat  dan  pengikuntya
               Cuma  tentang  keberanian  dan  kepintaran.  Seperti  jendral  ternama
               Iskandar,  Hanibal,  Caesar  dan  Napoleon,  maka  Muhammad  sebagai
               pemimpin  peperangan  juga  berlaku:  dimuka  dalam  menyerang  dan
               dibelakang  kalaumundur.  Sebagai  jenderal  ulung  Muhammad  juga
               menjalankan tipu muslihat: memusatkan semua kekuatan pada urat nadi
               musuh.  Tak  ada  yang  ada  diluar  akal  dalam  semua  peperangan
               Muhammad SAW.

               Nabi Isa lahir tak ber-bapa, dapat  menimbulkan makanan dengan  sihir,
               menghidupkan  yang  mati,  dijumpakan  oleh  sahabatnya  sesudah  mati
               digantung dll sebagai Muhammad SAW ialah seorang anak piatu, anak
               Bapanya  Abdullah  dan  Ibunya  Aminah  dipelihara  pamannya  Abdul
               Muthalib.  Sebelum  wafat,  maka  Muhammad  SAW  dengan  sedu  sedih
               Rasul Allah ini meminta maaf pada sahabat dan pengikutnya, membayar
               utang dan menerima piutang seperti manusia biasa.

               Lebih-lebih dikeliling Nabi Musa kita jumpakan 1001 kegaiban. Bala dan
               penyakit  yang  disihirkan  Nabi  Musa  berkali-kali  menewaskan  Pharao
               (Fir’aun) dan Dewanya.
               Laut  Merah  yang  dilihatnya  buat  menyelamatkan  laskarnya  dan
               memusnahkan laskar Fir’aun yang mengejarnya. Berkali-kali Nabi Musa
               menagdakan  percakapan  langsung  dengan  Tuhan.  Kegaiban  dikeliling
               Muhammad SAW tak seperti seribu satu kegaiban dikeliling Nabi Musa
               itu.  Kalau  Muhammad  SAW  mendengar  firmannya  Tuhan,  maka  kita
               ingat  kepada  Jean  Jacques  Rousseau  duduk  memperhatikan  dibawah
               sepohon kayu, membuka bungkusan rotinya. Pada surat kabar bungkusan
               roti  itu  dia  baca  persoalan  sayembara  yang  dianjurkan  oleh  Academie




                                                                                         295
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301