Page 215 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 215

Aku memejamkan mata, mencoba mengendalikan semua
            amarah dan emosi yang berkecamuk di batinku. Sambil
            mengatur  napas,  aku  mencoba  memikirkan  hal-hal  baik
            yang  ingin  aku  lakukan  di  hidupku,  tentang  mimpi-
            mimpiku.  Percuma! Waktuku tinggal sekitar dua  minggu
            lagi! Semuanya akan segera berakhir, kataku dalam hati.


                                     *

            Seharian  itu,  aku  lebih  memilih  diam,  mencoba
            menyembunyikan  kegelisahanku  yang  sesungguhnya
            ketika panas matahari semakin terik. Aku duduk berjam-
            jam  di  ruang  hiburan,  membiarkan  program  televisi
            mengisi ruang dengarku, tetapi perhatianku tidak di situ.


            “Kamu  kenapa  diam  terus?”  sapa  Roni,  salah  seorang
            teman napi di tempat ini.

            “Lagi  ingin  diam  saja,  Ron,  menikmati  ketenangan,”
            jawabku.

            “Jangan-jangan  ketetapan  pengadilan  atas  hukuman
            kamu  sudah  keluar  ya?  Kapan,  Rio?”  tanya  Roni  lagi
            sambil menepuk pundakku.

            “Mungkin tidak lama lagi, Ron. Itu artinya aku akan segera
            bebas dari semuanya.” Jawabku santai.


            “Omong  kosong,  Rio!  Kematian  itu  tidak  mengakhiri
            segalanya. Bebas itu relatif!”




                                     213
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220