Page 219 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 219

“Semoga beruntung, Rio!” katanya.

            Aku melangkah dengan gugup ke arah ruang pengawas,
            melaporkan  namaku  dari  panggilan  yang  baru  saja
            dikumandangkan  lewat  pengeras  suara  tadi.  Mereka
            membuka  pintu  pembatas  dan  mengizinkan  aku  lewat,
            menuju ke ruangan tertutup yang mereka sebut sebagai
            ‘ruang  tamu  khusus’.  Bentuknya  menyerupai  sebuah
            kamar berukuran persegi dengan sejumlah jendela kaca
            tembus pandang di sekelilingnya.


            Di tengah ruangan ada sebuah meja serta beberapa buah
            kursi, sebuah lampu penerangan serta sebuah kipas angin
            yang tergantung di salah satu pojok dindingnya.


            Aku  melangkah  perlahan,  sambil  memejamkan  mataku
            sejenak,  berharap  semuanya  akan  lebih  membaik.  Ya,
            setidaknya  perasaan  gugupku  bisa  teratasi.  Aku  akan
            bertemu  perempuan  yang  mengaku  sebagai  ibu
            kandungku!  Petugas  yang  berjalan  di  depanku  lalu
            mempersilakan aku masuk ke ruangan itu.

                                     *

            Dua orang perempuan itu berdiri menghampiri aku.

            “Saya  Lastri,”  sapa  perempuan  berkacamata  yang
            rambutnya  diikat  kuncir  seperti  ekor  kuda.  Usianya
            mungkin sekitar tiga puluhan, hampir sepertiku.

            Perempuan  yang  disebelahnya,  rambutnya  penuh  uban
            bergelombang  pendek  sebatas  pangkal  leher,  dengan

                                     217
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224