Page 216 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 216

“Sebentar lagi masa hukuman kamu habis, Ron. Pikirmu
            kalau  lepas  dari  penjara  berarti  kamu  bebas?  Coba
            bayangkan,  di  sini,  hanya  fisik  kita  yang  terkurung.  Di
            benak kita, batin kita ikut terkurung seperti di penjara. Di
            luar sana, mungkin ada pekerja yang terkurung di penjara
            kantornya, seorang perempuan yang terkurung di penjara
            rumahnya,  seorang  anak  yang  terkurung  di  penjara
            sekolah  dan  tugas-tugas  yang  diberikan  oleh  gurunya,
            seorang remaja yang terkurung oleh aturan pantas atau
            tidak pantas yang dibuat oleh masyarakat di sekitarnya.
            Dunia yang kita tinggali ini penuh dengan berbagai bentuk
            penjara, Ron!”

            “Tapi seharusnya kamu juga memahami satu hal ketika di
            penjara  ini,  Rio.  Kita  diberi  waktu  untuk  memikirkan
            penjara  yang  sesungguhnya  membebani  hidup  kita.
            Bukan jeruji besi ini, atau semua kepahitan menakutkan
            yang kamu sebutkan tadi,”

            “Apa itu, Ron?”

            “Penjara yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri, Rio!
            Kita  dan  pikiran  kita,  serta  rasa  bersalah  kita.  Makanya
            tadi  saya  bilang,  bebas  itu  relatif,  tergantung  dari  sudut
            pandang yang  mana kamu melihatnya. Tetapi kematian
            adalah cara  terkonyol seseorang mengira dirinya keluar
            dari  penjara  kehidupan  ini.  Salah,  Rio!  Kematian  hanya
            merupakan suatu awal dari penjara lainnya. Kita tidak tahu
            apa yang benar-benar terjadi setelah kita mati!”


            “Tapi bukan kamu yang akan segera ditembak mati, kan?”
            pertanyaanku dibalas dengan muka Roni yang tertunduk.


                                     214
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221