Page 119 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 119

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            dengan terus melihat persoalan lebih dari mata orang biasa, dan
            mengabarkanya ke seantero dunia untuk mengajak orang lain
            dan terutama pengambil kebijakan untuk melihat dan mengatasi
            persoalan yang ada. Kendati demikian, tulisan dan gagasannya,
            seperti umumnya sebuah karya, bukan berarti tanpa celah. J.
            Sumardianta melihat bahwa sebagai seorang antropolog Indo-
            nesia dari generasi pertama, ia adalah ilmuwan yang humanis
            tatkala membicarakan tentang masalah kemiskinan, ketidak-
            adilan, kekerasan, disparitas gender yang menimpa pemulung,
            pengamen jalanan, TKW, dan buruh bangunan perempuan.
            Tetapi sebagai pakar studi demografi ia tampil “berdarah dingin”,
            pro-prostitusi dan pengguguran kandungan. Sumardianta melan-
            jutkan penilaianya bahwa inilah dilema (ketegangan) tokoh etis
                                             19
            yang bertekun di wilayah pragmatis.  Di wilayah pragmatis
            seseorang mungkin sulit untuk tidak mengikuti logikanya hingga
            harus menabrak batas-batas etik. Tetapi yang etis itu tidak kemu-
            dian mati bagi seorang Masri, kolom dan media dipilihnya sebagai
            medium saluran untuk mengabarkan “yang etis” di tengah te-
            kanan “kehendak pragmatis” yang bahkan dibackup oleh
            kekuasaan.


            1. Sriharjo: Penduduk dan Kemiskinan
                Karya Masri berikutnya yang sangat penting adalah hasil
            risetnya dengan David H. Penny di Sriharjo, sebuah desa di sebe-
            lah selatan Yogyakarta bagian dari kabupaten Bantul. Hasil riset
            itu diterbitkan tahun 1976, padahal dekade 70-an di Indonesia
            perbincangan mengenai kemiskinan masih dianggap sebagai isu
            yang sensitif, di kalangan ilmuwan sosial sekalipun. Politik


                19  Ibid.

            100
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124