Page 122 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 122
Pemikiran Masri Singarimbun
Kemiskinan: Kasus Desa Sriharjo tahun 1976 oleh penerbit Bhratara
Karya Aksara, sebelumnya diterbitkan oleh Universitas Cornell,
Ithaca, New York, pada Mei 1973. Lucas (1999) mencatat publikasi
itu merupakan penelitian pertama yang menggunakan kata
“kemiskinan” pada sampul depan buku yang diterbitkan di
zaman Orde Baru. Judul ini merefleksikan hasil temuan Masri
bersama seorang ahli ekonomi pertanian dari ANU, David H.
Penny, dan menggunakan cara untuk mengukur tingkat kemis-
kinan. Ekuivalen beras pertama kali digunakan untuk mengukur
tingkat kecukupan sebuah keluarga di desa Jawa (suami, istri,
dan tiga orang anak) dari makanan, pakaian, dan rumah; dikata-
kan cukup bila pendapatan total sebuah keluarga ekuivalen
dengan 240 kg beras. Penelitian ini menemukan sebuah ukuran
cukupan yang secara operasional dapat digunakan untuk mengu-
kur tingkat kemiskinan. Keluarga yang tergolong cukupan diletak-
kan dalam kategori sangat miskin, mereka makan sederhana
(hanya nasi dan sayur); mereka berpakaian sederhana (tidak lebih
dari dua potong pakaian murah setiap tahun); rumah mereka
juga sangat sederhana—lantai kotor atau tanah, dinding bambu,
dan atap rumahnya dari rumbia. Mereka tidak mempunyai uang
atau hanya punya sedikit uang untuk hiburan, perjalanan, dan
biaya pengobatan (Penny 1986:35). Pada saat itu, temuan ini
mendapat tempat dalam perbincangan dan perkembangan ilmu
sosial di Indonesia dalam konteks pembangunan. Konsep cukupan
ini kemudian dikembangkan oleh Sayogjo, seorang ahli sosiologi
pedesaan, dalam penelitiannya. 23
23 Anton Lucas, “Mengenang Pribadi dan Profesionalisme Pak Masri,”
dalam Robert Parangin-Angin & Irawati Singarimbun (ed.), Op.cit., hlm. 171-
172.
103