Page 127 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 127
Pemikiran Agraria Bulaksumur
pemerintah seperti Bimas, pembangunan infrastruktur seperti
jalan dan jembatan yang memungkinkan masyarakat menjangkau
daerah-daerah lain, mobilitas yang semakin meluas memungkin-
kan penduduk mencari kesempatan-kesempatan baru di daerah
lain. Tetapi kondisi perubahan itu hanya dapat dirasakan oleh
mereka, terutama yang memiliki modal cukup, sedangkan bagi
buruh tani kondisinya tidak begitu banyak berubah bahkan ham-
pir tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Seorang
guru sekolah yang sempat ditemuinya menuturkan “keadaan
mereka sama saja, bekerja satu pecat (1/2 hari) mendapat ½ kg
beras, dahulu begitu sekarang juga begitu. Upah naik tetapi harga-
harga juga naik. Kesempatan kerja tidak bertambah”. 29
2. “Malam Sagu”: Mencari Alternatif Pemenuhan Pangan
Manusia hidup selalu membutuhkan pangan, tetapi perso-
alan pangan tidak dapat digeneralisir menjadi satu pokok jenis
makanan. Makanan pokok terkait dengan kondisi sosio-ekologi,
tradisi, dan sejarah pangan lokal. Di samping itu tekanan pendu-
duk yang semakin padat membutuhkan ketersediaan pangan
yang cukup. Oleh sebab itu, persoalan pangan ini tidak dapat
ditumpukan pada satu jenis makanan saja melainkan juga diper-
lukan diversifikasi jenis makanan pokok. Generalisasi jenis
pangan pokok berakibat pada hilangnya tradisi pangan pokok
lokal yang telah lama dipratikkan masyarakat lokal. Masri
melakukan kritik atas kebijakan “sembilan bahan pokok” di
antaranya adalah beras. “Pencantuman istilah “beras” dalam
kaitan sembilan bahan makanan pokok, telah menyebabkan
penduduk meninggalkan bahan makanan lain. Sembilan
29 Ibid., hlm. 182.
108