Page 132 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 132
Pemikiran Masri Singarimbun
antara demografi dan antropologi, yaitu pertentangan antara pen-
dekatan “emic-etic”. Penjelasan “emic “ adalah suatu penjelasan
yang bersumber “dari dalam” yang dibingkai dengan konsep-
konsep masyarakat yang kepada siapa penjelasan atau definisi
itu berlaku. Sedangkan penjelasan “etic” merupakan penjelasan
“dari luar”, yang berasal dari konsep-konsep yang dibawa oleh
peneliti atau pengamat. Implikasinya, bagi seorang ahli demografi
fertilitas merupakan hasil aplikasi dari suatu definisi demografis
terhadap data jumlah anak lahir hidup yang dilahirkan oleh ibu
umur tertentu. Ini disebut definisi “etic”. Tetapi bagi antropologi
fertilitas merupakan apa saja yang dianggap penduduk bermakna
fertilitas dalam pengertian mereka sendiri, yaitu dimensi-dimensi
yang mereka bedakan dan bahasa-bahasa yang mereka gunakan
dalam memaknai dan menjelaskan hal tersebut. Pertentangan
“emic-etic” ini kerap muncul dalam penggabungan pendekatan
demografi dan antropologi. Namun bagi Masri, yang menekan-
kan pendekatan interdisipliner, tidak menyerah untuk menda-
patkan suatu pemahaman yang menyeluruh. Persoalan fertilitas
dan fenomena ekonomi yang terkait dengannya seharusnya tidak
dipandang sebagai penjelasan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai
refleksi ide-ide, motivasi-motivasi, dan keputusan-keputusan dari
masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, selalu diperlukan suatu
analisis kebudayaan untuk memahami hakiki manusianya, yaitu
orang-orang di balik angka-angka statistik. Tradisi “demografi
humanistik” ini—jika bisa disebut demikian—yang telah di kem-
bangkan Masri selama keterlibatanya dalam dunia penelitian
kependudukan di Indonesia. 36
36 Ibid., hlm. 145-149
113