Page 120 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 120

Pemikiran Masri Singarimbun
               pembangunan ingin merangkum semua orang untuk berbaris rapi
               menatap kemakmuran ekonomi dan menyembunyikan persoalan
               kemiskinan karena kemiskinan dianggap “mengganggu”
                                      20
               optimisme pembangunan.  Kenyataan tentang adanya kemis-
               kinan mungkin, pada saat itu, dianggap dapat mendelegitimasi
               program-program pemerintah di mata masyarakat yang mulai
               yakin dengan pembangunan dan di mata dunia internasional
               khususnya lembaga-lembaga yang memberikan pinjaman. Watak
               politik yang demikian itu membuat ilmu sosial tidak dapat bebas
               menyatakan temuannya secara obyektif tetapi didudukkan
               sebagai suatu instrumen yang harus mendukung tujuan-tujuan
                                     21
               pembangunan itu sendiri.  Akan halnya ilmuwan sosial mereka

                   20  Pada 1979 Masri melontarkan kritik terhadap pembangunan yang
               menurutnya terlalu cenderung bersifat ekonomistik dan hanya melihat di aras
               permukaanya saja, tidak mencoba melihat lebih jauh ke dalam. Sebagai seorang
               ilmuwan Masri selalu mengajak orang untuk tidak hanya terjebak pada suatu
               permukaan tetapi lebih jauh mengarahkan pandangan pada wilayah di balik
               atau di bawah permukaan itu. Hal ini terlihat dalam jawabannya ketika Kompas
               menanyakan pendapatnya tentang pembangunan. “Kalau dilihat kasus per kasus,
               barangkali perlu dipertanyakan kembali pembangunan itu. Misalnya angka
               perluasan jalan menunjukkan kenaikan. Dari pendekatan pembangunan yang
               dianut hal itu menunjukkan sukses. Tetapi dengan perluasan jalan ke desa,
               andong digusur oleh colt (angkutan umum buatan Jepang), pembuat tali dan
               teklek (sandal dari bahan kayu) kehilangan mata pencaharian, dengan masuknya
               tali dan sandal-sandal plastik…minuman asing yang masuk desa menggantikan
               wedang. Begitu juga dengan barang-barang lainya, seperti radio, sepeda mo-
               tor, dan pakaian-pakaian luar yang mencampakkan sarung”. Tentu bukan
               karena Masri tidak setuju dengan benda-benda baru olahan industri itu tetapi
               pembangunan harus melihat efeknya terhadap produksi rakyat kecil. “Apa
               Pendapat Mereka Mengenai Pembangunan dan Kemiskinan”, Kompas, Selasa,
               23 Januari 1979.
                   21   Kecenderungan yang demikian diungkapkan Kleden, “.. pada
               kenyataanya ada hubungan yang erat antara pembentukan rezim Orde Baru

                                                                   101
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125