Page 121 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 121

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            butuh keberanian—jika bukan kenekatan—untuk mempub-
            likasikan temuan obyektifnya sebagai hasil dari kerja keilmuan
            kepada khalayak luas khususnya pengambil kebijakan dan peme-
            gang kekuasaan. Publikasi Masri dan Penny hadir dalam atmosfir
            politik pembangunan yang demikian itu. Menilai signifikansi
            buku ini, Mubyarto (1999) mengungkapkan, “mereka berdua telah
            membuat “revolusi paradigma” pembangunan pedesaan Indo-
            nesia”. 22
                Publikasi Population and Poverty in Java hasil riset Masri dan
            Penny di Sriharjo terbit dalam edisi Indonesia Penduduk dan


            dengan lembaga ilmu sosial di Indonesia, walaupun pengembangan ilmu sosial
            sudah sejak zaman kolonial dalam lembaga  indologi untuk pegawai
            kolonial...pengembangan ilmu sosial secara sistematis hanyalah selama periode
            Orde Baru…bagaimana teori sosial membantu memberi pembenaran atas
            restrukturisasi dan reorientasi yang berlangsung selama pemerintahan Orde
            Baru. Ini dapat dilihat dengan menguji alasan-alasan bagi restrukturisasi dan
            reorientasi, sejauh dikemukakan atau dianjurkan oleh pejabat pemerintah, dan
            bagaimana secara teoritis alasan itu didukung teori atau konsep ilmu sosial,
            apapun penjelasan yang diberikan para ilmuwan sosial untuk membenarkan
            restrukturisasi sosial dan reorientasi budaya, semua itu didasarkan atas suatu
            strategi yang timbul dari pertemuan antara ilmu sosial dan pembangunan
            nasional...antara negara dan masyarakat. Dalam hal organisasi profesional, kita
            lihat bagaimana sangat mudahnya organisasi semacam itu menjadi alat negara
            untuk mengontrol masyarakat…ilmu sosial yang demikian lebih bersifat in-
            strumental ketimbang kritis, karena tidak mampu mengkritik dirinya sendiri.
            Ini berarti ilmu sosial mempunyai kapasitas mengamati dan menganalisis segala
            sesuatu, kecuali dirinya sendiri.” Selengkapnya baca Ignas Kleden, “Ilmu Sosial
            di Indonesia, Tindakan dan Refleksi dalam Perspektif Asia Tenggara,” dalam
            Nico G. Schulte Nordolt & Leontine Visser (ed.), Ilmu Sosial di Asia Tenggara:
            Dari Partikularisme ke Universalisme (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1997),
            hlm. 10-40.
                22  Mubyarto, “”Juru Bicara” Mereka yang Miskin dan Tertinggal”,”dalam
            Robert Parangin-Angin & Irawati Singarimbun (ed.), Op.cit., hlm. 64.

            102
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126