Page 282 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 282
Mubyarto dan Ilmu Ekonomi yang Membumi
sebaiknya terjadi (what there ought to be). 104
Latar belakang diterimanya positivisme sebenarnya juga
tidak lepas dari iklim akademis yang sedang berkembang di
Eropa pada masa itu. Meminjam Capra, abad ke-18 dan 19 adalah
abad kemenangan mekanika Newton, dimana fisika berada
dalam garda depan revolusi sains yang telah dan kelak mengubah
banyak wajah dunia. Kemenangan mekanika Newton ini telah
membuat fisika dijadikan sebagai prototip ilmu “keras” yang
digunakan untuk mengukur ilmu-ilmu lain dengan melawan-
kannya. Gampangnya, fisika telah dijadikan standar untuk
mengukur prestise ilmu-ilmu lainnya. Semakin dekat ilmuwan
berhasil menandingi metode-metode fisika yang eksak, semakin
tinggi posisi disiplin mereka dalam masyarakat ilmiah. Inilah
105
yang telah membuat ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, memin-
jam Foucault, secara episteme telah terjebak pada positivitas ilmu-
ilmu alam. Ia tidak membangun positivitasnya sendiri, melainkan
meminjamnya dari ilmu-ilmu alam, sebuah fondasi keliru yang
pada akhirnya akan mengantarkan ilmu-ilmu sosial dan kema-
106
nusiaan pada kebangkrutan. Di level yang bersifat teknis,
tendensi terhadap kerumitan sebagaimana yang pernah dikritik
107
Galbraith, misalnya, sebenarnya telah cukup menyulitkan per-
kembangan ilmu-ilmu sosial. Sebab, mereka terpaksa harus
104 Lihat misalnya Sritua Arief, “Teori Ekonomi dan Kolonialisme
Ekonomi”, dalam Prisma, No.1/1982, hal. 26.
105 Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains Masyarakat dan Kebangkitan
Kebudayaan, (Yogyakarta: Bentang, 2000), hal. 252.
106 Lihat Michel Foucault, The Order of Things: An Archeology of the Hu-
man Sciences (New York: Vintage Books, 1973).
107 John Kenneth Galbraith, Economics and the Public Purpose (London:
Penguin Books, 1975), hal. 43.
263