Page 57 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 57

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            ke dalam kerja kesarjanaan yang dikemas dalam strategi ilmiah
            ini merupakan sesuatu yang luar biasa dari Sartono Kartodirdjo.
            Hal ini sangat sulit dan jarang dilakukan. Etika yang berakar dari
            ruang batin seringkali ditempatkan di luar kerangka ilmiah yang
            konon bersumber dari akal fikiran.
                Dengan demikian, pendekatan multidimensional tidak
            semata-mata respon (mengekor) atas kecenderungan global di
            dalam ilmu pengetahuan sosial dan humaniora saat itu, dimana
            saling meminjam perangkat ilmu pengetahuan adalah strategi
            untuk mendobrak rezim “disiplin” keilmuan. Strategi ini, di
            dalam pengalaman Indonesia yang dapat kita baca melalui Sarto-
            no Kartodirdjo, sekaligus adalah upaya membentengi diri dari
            hegemoni kekuasaan. Pada titik inilah maka ditemukan kesesuai-
            annya dengan karakter atau prinsip mesubudi (asketisme) Sartono
            yang senantiasa ia tekankan berulang-ulang sebagai prinsip dalam
            menjalani dunia soliter ilmu pengetahuan.
                Sejarah multidimensional aprroach sangat potensial menjadi
            sejarah kritis, asal tidak mengalami involusi tatkala dipahami
            sebagai instrumental (perangkat) belaka. Spirit politik pengeta-
            huan itulah yang semestinya terus dihidupi dan dibaca ulang.
                Kesan kedua yang bisa kita tangkap dari pendekatan ilmu-
            ilmu sosial dalam sejarah ala Sartono adalah, pendekatan itu
            digunakan terbatas pada wilayah eksplanasi sejarah yang bersifat
            kausatif. Di dalam disertasi kesan demikian cukup kuat. Ilmu
            politik, antropologi, dan sosiologi, digunakan untuk membaca
            sebab-sebab pemberontakan, seperti kebangunan agama, kere-
            sahan sosial produk dari tekanan struktur dan sistem sosial  yang
            ada, dan konfigurasi kekuatan (elit) politik. Demikian pula dalam
            buku Protest Movement in Rural Java. Padahal dalam metodologi
            sejarah, penjelasan sejarah (historical explanation) tidak hanya

            38
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62