Page 88 - pengadaan tanah CNVRT.cdr
P. 88

hak-hak  pemilik  beserta  hak-hak  pertuanan  atau  semua
               tanah partikelir dan tanah-tanah bekas partikelir itu karena
               hukum seluruhnya serentak menjadi Tanah Negara, dengan
               pemberian  ganti  kerugian,  dengan  syarat  tanah-tanah
               tersebut  digunakan  atau diusahakan  oleh  pemiliknya.
               Pemberian hak  atas  tanah  bekas  tanah  Partikelir  Oleh
               Menteri  Agraria  terhadap  tanah-tanah  “usaha”:  a)  Bagian
               tanah-tanah partikelir sebagaimana yang dimaksud dalam
               Pasal 6 ayat (1) dari Peraturan Tanah-tanah Partikelir Stb.
               1912  Nomor 422;  b).  Bagian  dari tanah-tanah  partikelir
               menurut adat  setempat,  termasuk  tanah  desa  atau  di
               atas mana penduduk mempunyai hak yang sifatnya turun
               temurun, diberikan Hak Milik secara Cuma-Cuma kepada
               penduduk  yang  mempunyai  hak  usaha  atas  itu,  kecuali
               peraturan  sekarang  tidak  memungkinkan.  Tanah  Usaha
               yang dikuasai dan dipunyai Asing Warga Asing diwajibkan
               melepaskan  tanah  tersebut  kepada WNI atau kepada
               negara  dalam  satu  tahun  terhitung  sejak  berlakunya  UU
               Penghapusan  Tanah-Tanah  Partikelir  (13  Januari  1959).
               Jika tidak dilepaskan, maka haknya atas tanah usaha batal
               dan  menjadi  tanah  Negara  Bebas.  Dengan  pernyataan
               pembatalan  oleh  Menteri  Agraria atau  pejabat  yang
               ditunjuk. Tanah Partikelir pada jaman Jepang: Tanah-tanah
               Partikelir diurus oleh suatu Kantor yang dinamakan Siriyoeti
               kanrikoosya (UU Balatentara Dai Nippon tanggal 1 bulan 6
               tahun Syoowa 17 (2062) Jo. Osamu Serei No. 2 tanggal 30
               bulan 1 Syoowa 18 (2063).

           c.  Perubahan Peraturan Persewaan Tanah Rakyat dengan UU
               Darurat Nomor 6 Tahun 1951 yang kemudian menjadi UU
               Nomor 6 Tahun 1952.



                                     Perkembangan Pengadaan Tanah di Indonesia  59
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93