Page 268 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 268

menjadwalkan  kembali pengembalian utang  luar  negeri  Pemerintah
                Soekarno  yang  berjumlah  besar;  juga  untuk  mencari  bantuan  luar
                negeri  guna  mendukung  neraca  pembayaran  dan  anggaran
                pemerintah; dan untuk menarik modal asing. Merasa senang dengan
                sikap  Indonesia  yang  telah  meninggalkan  kebijakan  anti-Barat  dan
                antikapitalis,  komunitas bantuan  internasional memberikan  respons
                positif terhadap permintaan Indonesia untuk menjadwalkan kembali
                pembayaran utang dan memperoleh bantuan luar negeri baru.

                    Datangnya pemerintah baru berarti juga ditolaknya pola etatisme
                Pemerintah  Soekarno,  yaitu  negara  menjadi  pemain  ekonomi
                dominan. Stigma negatif perusahaan swasta, yang menjadi ciri masa
                akhir Soekarno, disingkirkan. Sejak itu, modal swasta, baik domestik
                maupun luar negeri, dianjurkan untuk ditanam di berbagai kegiatan
                ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja.

                    Sejalan  dengan  itu,  Undang-Undang  Penanaman  Modal  Asing
                diberlakukan  pada  Januari  1967.  Undang-undang  ini  berisi  berbagai
                insentif dan jaminan kepada para calon investor asing, di dalamnya
                termasuk  masa  bebas  pajak  dan  jaminan  tiadanya  nasionalisasi,
                kecuali dianggap perlu bagi kepentingan nasional, dan itu pun dengan
                kompensasi penuh sesuai dengan hukum internasional yang berlaku.
                Kebijakan pintu terbuka bagi modal asing ini menarik para penanam
                modal  asing  baru  untuk  masuk  ke  negeri  ini,  terutama  di  sektor
                minyak  bumi  dan  proyek-proyek  pertambangan  lain,  dan  sektor
                industri manufaktur.

                    Bila  program  stabilisasi  difokuskan  pada  pemulihan  stabilitas
                makroekonomi, khususnya pengendalian hiperinflasi, maka program
                rehabilitasi difokuskan pada perbaikan infrastruktur fisik dan fasilitas
                produksi. Pemerintah memprioritaskan perbaikan infrastruktur yang
                berhubungan dengan produksi dan distribusi pangan, seperti irigasi,
                jalan,  dan  jembatan.  Dalam  hal  ini  pemerintah  juga  lebih
                memprioritaskan  pertanian,  khususnya  subsektor  tanaman  pangan,
                daripada Industri manufaktur.






                256
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273