Page 271 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 271
para pengusaha kroni, dan "industri-industri strategis" yang dikuasai
oleh Habibie, Menteri Riset dan Teknologi, terutama IPTN (Industri
Pesawat Terbang Nusantara).
Merosotnya disiplin keuangan ini merupakan perkembangan yang
mengkhawatirkan. Kondisi ini mencerminkan merosotnya pengaruh
para teknokrat ekonomi dalam pembuatan kebijakan ekonomi dan
naiknya pengaruh kaum non-ekonom, kebanyakan para insinyur,
dalam mengalokasikan sumber-sumber anggaran yang langka.
Akibatnya, kaum teknokrat ekonomi tidak cukup kuat lagi menolak
tuntutan ceroboh untuk membiayai proyek-proyek mahal itu.
Walaupun keberhasilan pembangunan ekonomi dan sosial
pemerintah Orde Baru sangat mengesankan, pada saat yang sama
ketidakpuasan masyarakat makin meningkat. Meskipun dibungkam,
ketidakpuasan itu tumbuh akibat penindasan politik yang keras dan
pelanggaran berat hak asasi manusia, maraknya korupsi,
penggelapan dana-dana pemerintah, praktik kolusi yang saling
menguntungkan antara pemegang kekuasaan politik dan kroni
bisnisnya—banyak di antara mereka adalah pengusaha besar
Indonesia-China—dan diberlakukannya kebijakan yang merintangi
persaingan domestik.
Kebijakan yang merintangi persaingan domestik itu mencakup
pengendalian dalam pemasaran, prosedur pemberian izin industri
yang berbelit-belit, dominasi pemerintah di sejumlah industri, kartel,
instrumen ad hoc dalam industri-industri tertentu, serta pungutan
liar dalam perdagangan dalam negeri. Selain membengkakkan biaya
usaha dan mengurangi efisiensi, berbagai peraturan dan pembatasan
terhadap persaingan domestik ini membuka jalan bagi munculnya
pungutan yang menguntungkan kelompok kroni. Semua itu, tak pelak
lagi, berakibat buruk terhadap iklim investasi bagi para pengusaha
yang bonafide.
Kerusuhan sosial juga pecah di daerah-daerah tertentu karena
hak-hak hukum individu atau kelompok diabaikan. Misalnya,
pengambilan tanah secara paksa oleh penguasa dengan dalih demi
259