Page 269 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 269

Program  stabilisasi  dan  rehabilitasi  yang  dilaksanakan  tim
                ekonomi     tersebut    mampu      memulihkan     ekonomi     secara
                mengesankan.  Hiperinflasi  dengan  cepat  dapat  dikendalikan  lewat
                kebijakan  fiskal  dan  moneter  yang  ketat.  Hal  ini  tercermin  pada
                turunnya  laju  inflasi  dari  636  persen  pada  1966  menjadi  9  persen
                pada 1970.
                    Dengan  pulihnya  stabilitas  makroekonomi  pada  akhir  1960-an,
                ekonomi Indonesia memasuki masa pertumbuhan pesat, yang pada
                umumnya dapat dipertahankan selama tiga dasawarsa. Pertumbuhan
                GDP per kapita Indonesia antara 1967-1997 naik rata-rata 4,5 persen,
                kinerja yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena pertumbuhan
                ekonomi jauh melampaui pertumbuhan penduduk.

                    Seperti halnya ekonomi Asia kinerja tinggi (HPAE) lainnya—yakni
                Jepang  dan  empat  "Macan"  Asia  yang  dipuji  Bank  Dunia  dalam
                laporannya  mengenai  "Mukjizat  Asia  Timur"—  pertumbuhan
                ekonomi Indonesia yang pesat didukung tingginya angka penanaman
                modal domestik. Pada pertengahan 1990-an, Indonesia adalah salah
                satu negara yang mencapai angka tertinggi dalam penanaman modal
                domestik  neto  di  antara  negara-negara  berkembang.  Penanaman
                modal  ini  didorong  oleh  tingginya  tabungan  domestik,  yang
                jumlahnya mencapai 33 persen GDP pada 1996.
                    Pertumbuhan  ekonomi  Indonesia  yang  pesat  juga  disertai
                turunnya  angka  kemiskinan  absolut  dari  40  persen  penduduk  pada
                1976 menjadi 11 persen pada 1996. Walaupun terjadi pertumbuhan
                penduduk, jumlah orang miskin turun dari sekitar 54 juta pada 1976
                menjadi  23  juta  pada  1996. Penelitian  Bank  Dunia  mengenai  angka
                kemiskinan  di  sejumlah  negara  berkembang  memperlihatkan
                penurunan angka kemiskinan tahunan di Indonesia antara 1970-1987
                sebagai yang tertinggi. Turunnya angka kemiskinan absolut ini terjadi
                baik di pedesaan maupun perkotaan. Di pedesaan, tempat sebagian
                besar  penduduk  Indonesia  berada,  angka  kemiskinan  turun  karena
                Pemerintah Orde Baru amat memperhatikan naiknya produksi beras
                sebagai  makanan  pokok  kebanyakan  orang  Indonesia.  Untuk
                mencapai tujuan itu, selama 1970-an pemerintah memprioritaskan



                                                                                 257
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274