Page 272 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 272
"pembangunan" tanpa memberikan ganti-rugi yang memadai.
Namun "pembangunan" itu kadang-kadang berarti membangun
lapangan golf untuk kaum elite atau membangun perumahan mewah
untuk orang kaya baru.
Korupsi dan penggelapan dana pemerintah, yang sebagian
diperoleh dari bantuan luar negeri yang lunak, tidak bisa dikritik
secara terbuka karena tiadanya kebebasan politik. Demonstrasi
mahasiswa yang menyuarakan demokrasi atau menentang korupsi
dilarang. Sementara itu beberapa suratkabar dan majalah yang
melaporkan praktik-praktik tersebut dibredel karena dianggap
membahayakan stabilitas politik dan menggerogoti kewibawaan
pemerintah. Dengan demikian konsentrasi kekuasaan politik, yang
disertai konsentrasi kekayaan ekonomi, berada di tangan segelintir
orang saja. Kedua konsentrasi itu dapat dilihat dari munculnya
konglomerat-konglomerat besar yang dimiliki dan dikuasai oleh
keluarga Soeharto dan kroni-kroni bisnisnya, yang seringkali adalah
pengusaha besar Indonesia-China. Korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang mencolok (yang disebut dengan akronimnya KKN) tidak hanya
menggerogoti kemampuan dan daya saing ekonomi nasional, tapi
juga mengancam tujuan nasional yang diidamkan, yaitu "masyarakat
adil dan makmur".
Apa yang digambarkan di atas antara lain merupakan potret
singkat dari pembangunan ekonomi Orde Baru, baik sisi terang
maupun sisi gelapnya. Selanjutnya akan diuraikan mengenai
pemikiran pembagunan tiga tokoh yang telah disebut di atas, yakni
Soedjatmoko, Widjojo Nitisastro, dan Mubyarto.
260