Page 278 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 278

1. Negara
                       Soedjatmoko  membicarakan  negara  berdasarkan  hasil
                pengamatan  sejarah  dan  menunjuk  negara  yang  dimaksudkannya
                sebagai  suatu  konsep  yang  muncul  setelah  berakhirnya  dasawarsa
                pertama  kepemimpinan  demokratis,  yang  dilihatnya  sebagai  suatu
                fenomena baru. Soedjatmoko menyebut fenomena itu dengan istilah
                Negara  Birokrasi  Modernis  (Modernizing  Birocratic  State-MBS)
                dengan  ciri  utama  adalah  berupa  pemusatan  kekuasaan  yang
                terkonsentrasi pada eksekutif dan adanya komitmen yang kuat pada
                pembangunan  dan  partai-partai  politik  ditempatkan  di    bawah
                sasaran pembangunan.
                       Terdapat segi positif, tentu disamping negatif, dari munculnya
                negara  serupa  itu.  Segi positifnya  terutama  karena negara  memiliki
                kemampuan  dalam  menjaga  stabilitas  yang  diperlukan  bagi
                pembangunan,  dan  segi  negatifnya  karena  kenyataan  terlalu
                menguatnya kekuasaan yang dimiliki sehingga mematikan kreatifitas
                dan  otonomi  masyarakat  yang  sangat  diperlukan  sebagai  prasarat
                bagi pembangunan yang berhasil. Terdapat empat hal yang menjadi
                sumber  bagi  kelemahan  negara  serupa  itu:  (1)  birokrasi  dan
                kekuasaan yang besar pada negara, membuatnya menjadi tidak peka
                dan  banyak  terjadi  kegagalan  dalam  melakukan  penyesuaian  yang
                diperlukan  pada  waktunya;  (2)  efisiensi  dan  efektifitas  menjadi
                prioritas  dalam  pelaksanaan  kebijaksanaan  pemerintah;  (3)  adanya
                perhatian  berlebihan  terhadap  kestabilan  dan  keamanan,  sampai-
                sampai  menghambat  perubahan  yang  perlu;  kreatifitas  dan
                kemampuan  inovatif  disamping  pertumbuhan  sosial  menuju
                kemandirian  masyarakat;  (4)  ketiadaan  kekuatan  tandingan  yang
                efektif  dalam  masyarakat  telah  menghasilkan  disparitas  kekuasaan
                yang sangat besar antara negara dan masyarakat.

                       Oleh  karena  itu,  penting  mendudukkan  dalam  batas-batas
                mana  negara  harus  menjalankan  kekuasaannya.  Soedjatmoko
                mengakui  adanya  orang-orang  yang  menghendaki  kekuasaan  yang
                lemah pada negara-negara sedang berkembang dengan alasan demi
                potensi pembangunan dan demokrasi, dan ia menekankan bahwa



                266
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283