Page 283 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 283

takut  dan  tidak  lagi  bertanya-tanya  pada  diri  sendiri,  dengan  rasa
                        tidak  pasti  dan  ketakutan,  apakah  tindakan-tindakan  mereka
                        dibolehkan  atau  tidak  oleh  penguasa  yang  lebih  tinggi  atau  oleh
                        adat-istiadat.  Mereka  tidak  lagi  takut  apa  yang  akan  terjadi
                        seandainya mereka tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang
                        lain—bahkan  ketika  mereka  jelas-jelas  mentaati  hukum  dan
                        berdasarkan hak-hak mereka yang sah. Pertumbuhan manusia juga
                        berarti sebagai bangkitnya rakyat, yang tanpa merasa kurang dari
                        orang  lain,  secara  sosial  efektif  dan  merasa  mampu  serta  bebas
                        memikul  tanggungjawab  bagi  kehidupan  sendiri,  bagi  kehidupan
                        keluarga serta komunitasnya.

                       Pertumbuhan  manusia  juga  menuntut perlunya  kaum  lemah
                secara  sosial  memperoleh  kembali  rasa  bermartabat  mereka,  dan
                berdasarkan  rasa  ketentraman  batin  itu  mengakui    kemanusiaan
                dasar orang lain.

                       Pertumbuhan  manusia  juga  mencakup  internalisasi  persepsi,
                nilai-nilai dan  sikap  yang  memungkinkan  seseorang  bisa  mengalami
                kelangsungan hidup dan bisa menempuh kehidupan bermakna dalam
                keberadaban  yang  bermartabat,  sekalipun  dalam  lingkungan  yang
                berdesak-desakkan dan relatif miskin.

                       Pertumbuhan  manusia  menuntut  perluasan  rasa  kedirian
                (personal self) dengan memasukkan pula orang lain selain diri sendiri,
                keluarga  dan  masyarakat  serta  mereka  yang  berada  di  luar
                persaudaraan  nasional  dan  internasional  antara  sesama  penganut
                agama.

                       Perluasan  kedirian  harus  meliputi  bangsa  itu,  dan  pada
                akhirnya  masyarakat  manusia  secara  global,  bahkan  meluas  pada
                generasi-generasi mendatang. Pada persepsi kedirian yang diperluas
                inilah pada akhirnya berakar kapasitas seseorang untuk memiliki rasa
                empati—cinta  kasihnya,  kesetiakawanannya  dan  tanggungjawabnya
                terhadap manusia yang lain. Persepsi kedirian yang diperluas serupa
                itu  tidak  memungkinkan  orang  berfikir  atau  bertindak  dalam
                pengertian "saya" dan "mereka", melainkan dalam pengertian "anda"
                dan "saya" serta dalam pengertian "kita" keluarga umat manusia.




                                                                                 271
   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288