Page 71 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 71

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                seperti  di  Indonesia  yang  mayoritas  penduduknya  adalah  muslim.
                Menurut  Natsir,  integrasi  antara  Islam  dan  negara  adalah  saling
                mengisi  satu  sama  lain.  Atau  dengan  kata  lain,  Islam  hanya
                menyediakan perangkat dasar untuk digunakan oleh negara sebagai
                alatnya.  Sedangkan  untuk  implementasinya,  Natsir  menawarkan
                ijtihad sebagai salah satu opsi.
                       Begitu pula dengan politik. Natsir menekankan bahwa politik
                haruslah  sungguh-sungguh  bersifat  Islami.  Menurut  hemat  Natsir,
                segenap prinsip  yang terkandung  dan  termuat dalam  ajaran  agama
                Islam harus diterapkan dalam berpolitik, baik dalam perilaku individu
                                                                     55
                maupun dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat.  Natsir dengan
                tegas menyatakan tidak sepakat dengan pemahaman yang meyakini
                bahwa  politik  sekuler  merupakan  satu-satunya  model  yang  harus
                diikuti. Natsir bahkan pernah menolak konsep Pancasila yang diusung
                oleh  Soekarno  karena  menganggapnya  termasuk  sekuler  meskipun
                sebelumnya tidak demikian adanya.
                         Setelah    kemerdekaan,     Natsir   sebenarnya     sempat
                menampakkan  diri  sebagai  tokoh  nasional  yang  terkesan  gigih
                membela  Pancasila  sebagai  dasar  negara  Indonesia,  meskipun
                sebelumnya  ia  dikenal  sebagai  orang  yang  sangat  mengharapkan
                Islam  bisa  dijadikan  sebagai  dasar  negara.  Sebelum  Sidang
                Kostituante pertama yang digelar pada tanggal 10 November 1956,
                Natsir  menyatakan  bahwa  Pancasila  tidak  bertentangan  dengan
                ajaran Islam.

                         Natsir  yang  tidak  termasuk  dalam  tim  perumus  Pancasila,
                pernah  berucap  sebagai  berikut:  “Alquran  adalah  dasar  hidup  yang
                luas  bagi  segenap  golongan  dalam  keragaman  dan  kesatuan.  Ia
                adalah  induk-serbasila,  yang  memberi  nilai-nilai  hidup  yang
                                 56
                menghidupkan.”   Perumusan  Pancasila,  tambah  Natsir,  merupakan
                hasil  musyawarah  antara  para  pemimpin-pemimpin  ketika  taraf
                perjuangan  kemerdekaan  memuncak  pada  tahun  1945.  Natsir
                percaya  bahwa  para  pemimpin  yang  berkumpul  itu,  yang  sebagian
                besarnya adalah beragama Islam, pastilah tidak akan membenarkan





                                                                                  59
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76