Page 29 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 29

pertanggungjawaban  subjektif,  formal  maupun  material.  Dalam  tata  cara  berpikir
        filsafat  suatu  pengungkapan  dapat  dikatakan  tepat  jika  ia  disusun  atas  dasar
        putusan-putudan  informasi  yang  benar  dan  penarikan  kesimpulannya  pun
        didasarkan pada kaidah-kaidah filsafat. Kecuali tepat dalam pola, berpikir filsafat
        juga dituntut untuk benar pula dalam isi karena memang kesimpulan yang benar
        akan sangat tergantung pada penggunaan keputusan-keputusan dan isi yang benar.
              Ada tiga hal yang berhubungan langsung, dengan sistematika berpikir filsafat
        yaitu bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide,
        pengertian dan atau konsep bagaimana prosedur yang dapat ditempuh seseorang
        dalam  membuat  keputusan  dan  bagaimana  pula  sistem  yang  dapat  dipedomani
        dalam upaya penutudan dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan.
        Ketiga aktivitas ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam kegiatan filsafat.
        Ketiga dimensi ini berkenaan langsung dengan logika. Sedemikian rupa sehingga
        aktivitas filsafat selalu diidentikkan secara nyata dengan bahasa logika.
              Sidi  Ghazalba,  mengungkapkan  bahwa  pengertian  adalah  suatu  abstraksi
        umum  yang  tergambar  dalam  akal  budi  seseorang  dengan  meninggalkan  atau
        mengabaikan  apa-apa  yang  menjadi  ciri  aksidensi  suatu  objeknya.  Dengan
        menanggalkan karakteristik yang bukan pokok, menjadikan kita dapat melihat objek
        itu dari hakikatnya (esensinya). Sebagai contoh, untuk membuat pengertian tentang
        pohon, maka segala sesuatu yang menunjuk pada ciri-ciri aksiden yang ada pada
        pohon  dalam satuannya mestilah  ditinggalkan  sehingga  yang  tampak  adalah  hal
        yang  umum  saja  dari  apa  yang  ada  pada  setiap  pohon,  sehingga  ketika  kita
        menyebut pohon, maka semua pohon dalam segala ragamnya telah tercakup ke
        dalam  sebutannya.  Pada  dicatat  bahwa  pengertian  yang  kita  ungkap  dengan
        menggunakan lambang dalam bahasa belumlah dapat kita katakan sebagai suatu
        pengetahuan.  Hal  ini  mengingat  bahwa  sifat  pengetahuan  bukanlah  pengertian
        dalam  maknanya  yang  tunggal,  tetapi  bagaimana  suatu  pengertian  itu  dikaitkan
        dengan  pengertian  yang  lain  dalam  membangun  keputusan,  maka  itulah  yang
        disebut dengan pengetahuan. Keputusan adalah suatu tindakan akal budi manusia
        yang  tampak  dalam  bentuk  pengakuan  atau  pengingkaran  yang  meyakinkan
        terhadap suatu realitas. Keputudan yang benar mestilah dilandasi pada landasan
        epistemik yang benar pula. Sedangkan penuturan adalah suatu bentuk kerangka
        logika yang merupakan muara dari pengertian dan putusan.
              Dikatakan demikian karena apapun yang dilihat, dipikirkan dan atau dirasakan,
        ketika  diungkap  dan  atau  dijelaskan  dengan  penuturan  yang  tidak  teratur  dan
        sistematis, maka akan memunculkan keganjilan logika yang dapat memunculkan
        kesalahpahaman subjek pengkaji yang pada gilirannya apa yang dituturkan tidak
                                                                                       18
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34